bakabar.com, BANJARMASIN – Produksi petani karet Kalsel pada 2018 menembus angka 200 ribu ton sheet.
Seperti yang disampaikan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam laporan keterangan pertangungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Tahun 2018, saat paripurna istimewa DPRD Kalsel, Kamis (21/3).
Baca Juga: Pemuda Tapin Tertangkap Tangan Transaksi di Kebun Karet
“Beberapa capaian positif pembangunan telah tercapai, produksi karet di Provinsi kita telah menembus angka lebih dari 200 ribu ton sheet,” kata gubernur dari podium sidang paripurna.
Meningkatnya jumlah produksi juga disebabkan peningkatan hasil produksi para petani karet. Dari target 75,33 kilogram (Kg) per hektare (Ha), para petani mempu menghasilkan hingga 90 Kg/Ha.
Sementara, meningkatnya jumlah produksi karet masih belum dibarengi dengan harga jualnya, seperti di Kabupaten Tabalong.
Di sana, harga karet segar yang dijual petani umumnya berada di kirasan Rp 8 ribu/Kg. Harga bisa berubah sewaktu-waktu tergantung dari pengepul.
“Sekarang harga karet Rp 8.000 per kilo. Harga ini baru naik Rp 200 rupiah,” kata Erna, salah seorang petani karet Kabupeten Tabalong.
Menurutnya, membaiknya harga karet itu cenderung lamban jika dibandingkan dengan menurunnya harga komoditi itu, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
“Biasanya turun bisa mencapai Rp500 per kilo. Tapi kalau sudah naik hanya Rp200-300 saja,” ujar dia dihubungi bakabar.com.
Menurut Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Kalselteng, Andreas Winata, harga jual karet bergantung dengan kualitas. “Karet Indonesia itu kualitasnya sama dengan karet negara-negara lain,” katanya.
Selain itu, tingginya kadar air turut membuat harga karet itu tidak bisa didongkrak.
Baca Juga: Ini Upaya Pemerintah Mendongkrak Harga Karet di Indonesia
Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz F