Siang itu, arus sungai Martapura tampak tenang. Gelombang kecil dari kelotok (kapal kecil) yang melintas tak menggoyahkan tiga buah bus kapal (bus air) bersandar di Pelabuhan Taman Sari, Pasar Baru Banjarmasin, Sabtu (23/3/2019).
Muhammad Robby, BANJARMASIN
Tumpukan barang seakan menggunung di atas bus kapal jurusan Kalimantan Tengah (Kalteng) tersebut. Dominan diisi lemari. Tak sedikit pula terdapat aneka macam bahan tekstil.
Di tengah aktivas pelabuhan nan sepi dengan terik matahari menyengat, rupanya tak menyurutkan semangat kerja dari salah seorang kurir pengangkut barang. Ia adalah Ancut (57) warga Gang Rahmi, Kelayan A, Banjarmasin.
Biasanya, Ancut mengangkut barang dari kapal menuju pasar. Begitu pula sebaliknya. Menggunakan topi pet dengan separuh wajah yang tertutup, Ancut persis Monkey D. Luffy, seorang karakter fiksi dan tokoh protagonis utama dalam serial anime dan manga One Piece karya Eiichiro Oda.
Namun, bukan karakter Ancut yang pandai berkelahi, melainkan disisi pekerjaannya sebagai pengangkut barang, ia juga piawai merantau menggunakan bus kapal. Terbukti, pekerjaan yang digelutinya sejak 1970 silam itu telah menghantarkannya ke seluruh penjuru Kalselteng.
Meski, diusianya yang telah menginjak kepala enam. Kata menyerah tak pernah terlontar dari mulutnya. Garis kerutan wajah dan bahu yang membungkuk menunjukkan lambang perjuangannya.
Ditengah keterpurukannya kini, sungguh Ancut merindukan puncak kejayaan tempo dulu sebagai pekerja bus kapal dan pengangkut barang. Tak tanggung-tanggung, bahkan ia pernah menjadi seorang bos dan memiliki puluhan anak buah.
“Kala itu, sekitar 1970-an puluhan kapal bersandar di pelabuhan Pasar Baru Banjarmasin ini,” kenangnya.
Puluhan kapal tersebut, terdiri dari berbagai macam jurusan. Dari Nagara sampai dengan Kotabaru. Bahkan, terdapat jurusan Buntok dan Sampit. Namun, kini semuanya telah sirna.
Benar kata pepatah, roda pasti berputar. Kini Ancut seakan berada di bawah dari putaran roda tersebut.
Perkembangan zaman dengan akses transportasi darat yang masif, kata Ancut, membuat pengguna bus kapal, baik angkutan barang maupun penumpang sangat menurun. Akibatnya berdampak terhadap penghasilannya sebagai kurir pengangkut barang.
Pendapatan yang dulu mencapai ratusan ribu perhari, kini hanya Rp50 ribu, bahkan harus pulang dengan tangan kosong atau tanpa seperser rupiah pun dalam genggaman.
Untungnya, semasa jaya, Ancut sempat membeli tiga rumah di wilayah Banjarmasin. Dengan tujuan investasi masa depan. Ancut tetap berjuang melawan hidup di tengah senja kalanya geliat bisnis sektor pelabuhan, khususnya bus kapal dan pengangkut barang.
Baca Juga: Shalawat dan Tahlil Bergema di Alun-Alun Ratu Zalecha Martapura
Editor: Syarif