bakabar.com, BANJARMASIN – Dalam buku 'Pioneer Dakwah Islam di Tanah Banjar' yang ditulis Ustadz Drs H Ahmad Barjie B dijelaskan ihwal dakwah Bermula diterima oleh masyarakat akar rumput atau grass root.
“Ini termasuk kalangan budak dan hamba sahaya,” ucap Ustadz Drs H Ahmad Barjie B, Minggu (10/2/2019).
Baca Juga:Hari Terakhir Sandar di Banjarmasin, Ibnu Sina Kunjungi KRI Fatahillah 361
Kalangan penguasa atau bangsawan umumnya menerima dakwah menyusul kemudian. Faktor kenyamanan dan kemapanan (enggan berubah) menjadi faktor utama keterlambatan menerima dakwah Islam.
Kondisi inilah yang dialami Rasulullah dalam fase awal dakwah Islam di Makkah. Kondisi tersebut juga terjadi dalam penyebaran Islam di Nusantara, tak terkecuali penyebaran Islam di Bumi Banjar Kalimantan.
Menurutnya, sebelum Pangeran Samudra (Sultan Suriansyah) masuk Islam, para sejarawan memperkirakan Islam sudah dianut oleh sebagian kecil penduduk, terutama pedagang dan sebagian menetap di kota-kota pelabuhan Banjarmasin, Muara Bahan (Marabahan) dan daerah lainnya.
Namun, karena pihak penguasa (Kerajaan Negara Dipa dan Negara Daha) belum menerima Islam, maka agama Islam belum bisa berkembang. Bahkan boleh jadi penyebaran hanya secara sembunyi-sembunyi.
Namun, dakwah akan terus membesar bak bola salju, hingga akhirnya sampai pada pucuk-pucuk pimpinan dan melembaga menjadi kekuasan riil.
“Maka seorang da’i wajib optimis, apapun kondisi dakwahnya,” tutupnya.
Dalam buku itu dimaknai Islam merupakan dakwah yang bersifat universal untuk semua umat manusia dimana pun dan kapan pun.
Konsekuensinya setiap muslim dibebani tugas untuk mendakwahkan Islam sesuai dengan kapasitas dari kemampuan masing-masing.
Baca Juga:ACT MRI Langsung Respon Kebakaran di Pelambuan
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif