Religi

Syekh Nafis Al Banjari, Karyanya Lebih Populer dari Makamnya

apahabar.com, BANJARMASIN – Haul Syekh Muhammad Nafis Al Banjari diperingati hari ini, Sabtu (15/12) di Desa…

Featured-Image
Makam Syekh Muhammad Nafis Al Banjari. Foto: commons.wikimedia.org

bakabar.com, BANJARMASIN - Haul Syekh Muhammad Nafis Al Banjari diperingati hari ini, Sabtu (15/12) di Desa Binturu, Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong. Tak sepopuler karyanya -Kitab "Ad Durrun Nafis"-, makamnya yang kini menjadi tempat wisata religi tersebut sempat tak diketahui keberadaannya.

Kitab "Ad Durrun nafis" sangat populer bagi penuntut ilmu, terlebih bagi peminat tasawuf. Kitab ini tersebar tidak saja di Indonesia, tapi juga ke manca negara, dan dialih-bahasakan ke berbagai bahasa di dunia.

Kitab tipis berbahasa asli melayu dengan tulisan arab (arab melayu) itu memuat inti ajaran tasawuf syar'iyyin yang mempelajari tentang af'al (perbuatan), Asma (nama), Sifat, dan Zat Tuhan.

Kitab ini sering dipelajari oleh orang-orang yang sudah dewasa dan cukup ilmu dasar: tauhid dan fiqih. Bagi yang belum cukup ilmu dasar, biasanya tidak diperkenankan mempelajari kitab yang satu ini.

Selain itu, guru yang mengajarkan kitab ini pun bukanlah guru sembarangan. Sehingga tidak tersalah memberikan pemahaman.

Baca Juga :Jelang Haul Syekh Nafis, Jemaah Diprediksi 10 Ribu Orang

Di zaman KH Badruddin hidup (sempat menjabat Ketua MUI Kalsel), kitab ini "dilarang" untuk diajarkan oleh guru-guru yang belum cukup ilmu. Karena dikhawatirkan salah paham, dan menjadi aliran sesat.

Karena itu, KH Badruddin bersama saudara beliau, KH Muhammad Rosyad kerap "berpatroli" mencari aliran sesat atau yang akrab dikenal dengan "Aliran Sabuku" dari desa ke desa. Jika mereka menemukan aliran seperti itu, langsung ditobatkan.

Sementara itu, kepopuleran Kitab "Ad Durrun Nafis" ini ternyata berbanding terbalik dengan makam penulisnya, Syekh Muhammad Nafis Al Banjari. Makam itu baru ramai dikunjungi setelah beberapa ulama datang ke sana untuk berziarah.

Satu di antaranya, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani di tahun 90-an. Konon, beliaulah yang pada awalnya menunjukkan makam tersebut.

Melihat Abah Guru Sekumpul -sebutan KH Muhammad Zaini- berziarah ke sana, maka banyaklah orang yang datang berziarah ke makam itu.

Hingga tahun 2000 pemerintah bersama dengan para ulama, di antaranya KH Asmuni atau Guru Danau, dan kerabat mulai memperingati haul Syekh Muhammad Nafis.

Sekarang, makam Syekh Nafis sudah dibuatkan bangunan yang layak oleh pemerintah setempat.

Baca Juga :Setelah Bertemu Syekh Yasin, KH Mahfudz Amin Mau Menonton Televisi

Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner