SUDAH puluhan bayi tabung yang sukses dilahirkan dan tumbuh dengan baik. Dengan kecanggihan teknologi, bayi hasil dari metode tersebut dikatakan lebih kebal dari penyakit.
Dalam prosesnya, salah satu metode bayi tabung, yaitu Preimplatation Genetics Testing (PIGT) dilakukan untuk screening calon janin sebelum ditempelkan ke rahim. Tetapi, metode PIGT hanya boleh dilakukan untuk usia ibu yang mencapai 37 tahun atau lebih.
“Metode PIGT bisa untuk melihat gen atau DNA dari embrio (calon janin) yang masih berproses dan ada pada medium kultur. Metode ini untuk melihat apakah embrionya normal atau tidak. Sebab, 50 persen genetiknya akan menurun dari kondisi kesehatan ibu,” ujar Founder SMART-IVF, Chairman of Perfitri, dan President of Aspire, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga :MUI dan FKUB Blitar Sepakat Larang Pemaksaan Atribut Natal
Tetapi, jika embrio sudah terbentuk dan diketahui memiliki penyakit tertentu yang diturunkan oleh orangtuanya, maka tidak ada cara untuk mencegah hal tersebut. Profesor dengan panggilan Iko ini menekankan, secara etik maupun agama, tak diperbolehkan melakukan ‘pemotongan’ pada gen yang memiliki penyakit tersebut.
“Misal pada HIV, bagian gen yang ada virusnya dipotong, secara etik tidak diperbolehkan. Khawatir proses tersebut nantinya terjadi rekayasa manusia yang ketika gen itu dipotong, manusia bisa berpotensi menjadi sesuatu yang berbeda bahkan jadi monster,” tuturnya.
Untuk itu, Iko menekankan agar calon orangtua bisa menjalani gaya hidup sehat dalam mencegah adanya penyakit atau kerusakan pada calon janin. Mempersiapkan nutrisi seimbang hingga memilih pasangan hidup, menjadi satu hal yang krusial dalam menghasilkan keturunan berkualitas baik.
“Untuk pria, dijaga spermanya dengan baik seperti hindari rokok dan memakai celana ketat. Pada wanita, usahakan konsumsi suplemen dan nutrisi tinggi antioksidan,” ujar dia.
Baca Juga :Baseko Surabaya: Proyek Basement RS Siloam Diduga Amblaskan Jalan Gubeng
Sumber : Vivanews
Editor : Syarif