Tak Berkategori

Lewat Pertunjukan Seni, Mahasiswa Unlam Ajak Save Meratus

apahabar.com, BANJARMASIN– Pertunjukan seni dan budaya menjadi wadah berekspresi, sekaligus perenungan oleh mahasiswa tentang kerusakan lingkungan…

Featured-Image
Komunitas Syafa’at Batang Banyu gelar pertunjukan seni dampak lingkungan. apahabar.com/Baha

bakabar.com, BANJARMASIN– Pertunjukan seni dan budaya menjadi wadah berekspresi, sekaligus perenungan oleh mahasiswa tentang kerusakan lingkungan hidup yang mengancam pegunungan karst di Meratus, Hulu Sungat Tengah.

Lewat kegiatan ini, Komunitas Syafa’at Batang Banyu, di Panggung Bauntung Pendidikan Seni Budaya Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Jumat (16/11) malam menyampaikan penolakan mereka terhadap operasi pertambangan di Hulu Sungai Tengah (HST). Operasi pertambangan di sana kembali mengemuka pasca terbitnya Surat Keputusan Menteri ESDM.

Pembukaan Pengunungan Meratus untuk tambang batubara bisa menganggu tangkapan air dan sumber air, yang menjadi sandaran kehidupan masyarakat di tiga kabupaten, yakni Hulu Sungai Tengah, Tabalong dan Sungai Tengah.

Dengan izin terbit, berpotensi pada kerusakan lingkungan, limbah perusahaan, polusi udara dan ancaman banjir.

Beragam pertunjukan seni seperti musikali puisi, baca puisi, permainan musik dan teater selalu berbau penolakan aktifitas pertambangan di Bumi Murakata tersebut.

Sumasno Hadi selaku koordinator kegiatan mengatakan, bahwa beberapa pertunjukan seni yang ditampilkan, merupakan respon seniman terhadap perusakan lingkungan, serta menyadarkan pemerintah dampak dari semuanya.

“Sebelum tampil, saya sudah mengimbau kepada yang lain untuk mengangkat isu lingkungan kebentuk seni maupun budaya apapun,” terang Dosen Jurusan Pendidikan Seni dan Pertunjukan FKIP ULM ini.

Hulu Sungai Tengah merupakan daerah tangkapan air dan sumber air baku bagi masyarakat untuk bertani, mandi, dan kebutuhan harian, bahkan oleh PDAM setempat.

Sedangkan, komunitas Komunitas Syafa’at Batang Banyu bergerak di bidang seni dan budaya. Kebanyakan anggotanya dosen dan mahasiswa Unlam.

Menurutnya, secara sosial semua orang tau isu melindungi Pergunungan Meratus ini kian populer. Sehingga bermacam macam komunitas, banyak memanfaatkan momentum ini untuk menyuarakan hak asasinya dalam menolak perusakan lingkungan.

Lanjutnya, pihaknya percaya respon rakyat kelas bawah seperti ini pasti akan berdampak, bergantung berpengaruh dalam jangka pendek atau panjang saja.

“Kami di sini ranahnya seni dan budaya, berbeda dengan komunitas lain yang turun kejalan untuk menyuarakan penolakan,” ucapnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kalsel, Kisworo menjelaskan, gerakan melindungi Pergunungan Meratus ini adalah perjuangan semua pihak dalam jangka panjang untuk lingkungan agar lebih baik lagi.

“Save Meratus ini bukan kepentingan WALHI, tapi semua orang berhak menyampaikan aspirasi nya terhadap isu lingkungan,” terang alumni Fakultas Perternakan ULM ini.

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner