bakabar.com, BALIKPAPAN - Permukiman warga di RT 52 Balikpapan Selatan masih terendam banjir, pada Sabtu (16/9). Ketinggian air bahkan sudah mencapai lebih dari 2 meter.
Kondisi itu terjadi lantaran tidak adanya saluran drainase ditambah hujan yang terus mengguyur Kota Balikpapan dalam beberapa hari terakhir.
Warga sudah dikepung banjir sejak Juni 2023 lalu. Sebagian warga memilih mengungsi ke tempat keluarga terdekat. Itu sebabnya sebagian rumah di lokasi banjir sudah tidak berpenghuni.
“Hujan dua hari ini, jadi airnya nambah tinggi,” ujar salah seorang warga, Melani kepada bakabar.com, Sabtu (16/9).
Baca Juga: Warga GPA Balikpapan 3 Bulan Kebanjiran, Ketinggian Capai 1,5 Meter
Melani menuturkan, mulanya hanya 7 rumah yang terendam banjir termasuk bangunan rumah miliknya. Namun kini rumah yang terendam telah mencapai 20 unit.
Saat banjir pertama melanda Melani mengaku terpaksa mengungsi ke rumah kosong di dekat rumahnya yang belum dihuni. Di tempat itu ia tinggal bersama 3 anak dan suaminya.
Belakangan rumah tersebut ramai didatangi warga sebagai lokasi pengungsian. Akhirnya Melani harus rela berbagi dengan warga korban banjir lainnya.
“Bagian belakang itu sudah mulai tergenang juga. Sama di rumah sebelahnya juga nggak lama kena juga itu,” jelasnya.
Baca Juga: Rumah Roboh di Balikpapan, 2 Penghuni Luka-Luka
Warga lain yang turut terdampak yakni Kamalia. Sebelumnya, kata Karmalia, banjir yang menggenangi rumahnya sempat disedot oleh pihak pengembang menggunakan mesin pompa air.
Kini pompa tersebut sudah tidak bisa difungsikan, karena tidak mampu menyedot air yang datang. Warga lalu meminta bantuan kepada pihak Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Balikpapan. Mereka berharap pemerintah bersedia menyediakan unit pompa air dengan kapasitas yang lebih besar.
Namun sayangnya permintaan warga hingga kini belum juga dipenuhi. "Katanya itu jadi tanggung jawab pengembang,” terang Kamalia.
Kamalia mengungkapkan, genangan yang semakin tinggi telah membuat sebagian warga ikut terdampak. Mereka kemudian memilih mengungsi ke rumah kerabatnya demi alasan keamanan dan kenyamanan.
Baca Juga: Banjir Investor Asing, Investasi IKN Tak Kunjung Terealisasi
Ditambahkan Kamalia, warga lainnya ada yang mengungsi ke masjid yang letaknya dekat dengan permukiman. Padahal, pinggiran masjid secara perlahan telah digenangi air.
“Sudah sampai ke masjid juga itu airnya. Tapi masih di pinggir-pinggirnya,” tambahnya.
Jika air akhirnya terus naik, warga hanya bisa berpasrah diri sembari menunggu genangan air bisa kembali surut. Warga khawatir ketika genangan semakin tinggi akan berdampak pada konstruksi bangunan yang rawan mengalami rubuh.