bakabar.com, MARTAPURA - Bocah 4 tahun yang menderita penyakit kulit di Kabupaten Banjar akhirnya mendapat penanganan intensif.
Sejak 30 September kemarin, bocah malang bernama Rahmat Andika yang tinggal di Desa Gudang Hirang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, itu sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura.
Salah satu pihak yang turut andil atas perawatan bocah itu adalah Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Banjar, Ahmad Syarwani.
Syarwani merasa terharu, karena Rahmat Andika hanya dirawat oleh kakek dan neneknya. Untuk sekadar membayar biaya berobat, mereka tak punya. Sementara kedua orang tua Andika sudah meninggal beberapa waktu lalu.
"Setelah kami mendapatkan kabar terkait dengan kondisi Rahmat Andika yang sudah memperhatikan, kami langsung menghubungi aparat desa dimana dia tinggal. Dan kami juga membujuk keluarganya agar Rahmat Andika dirujuk ke RSUD Ratu Zalecha Martapura. Alhamdulillah, saat ini Rahmat sudah mendapatkan perawatan di IGD," ungkap Ahmad Syarwani.
Penjemputan Rahmat Andika dilakukan dengan menggunakan ambulans dari RSU Al Mansyur Medika Banjarbaru. Itu untuk mengantisipasi jika nantinya proses perawatannya terhalang urusan birokrasi di RSUD Ratu Zalecha Martapura.
"Tapi ternyata pihak RSUD Ratu Zalecha Martapura langsung memberikan respons yang positif serta melayani pasien dengan sangat baik," ujar politisi Nasdem tersebut.
Dia juga memastikan selama menjalani perawatan di RSUD Ratu Zalecha Martapura, Rahmat akan dimonitor secara langsung, baik dari berbagai segi keperluan maupun urusan administrasi.
"Kita sudah melakukan koordinasi dengan pihak rumah sakit, karena kartu keluarga (KK) pasien bukan berasal dari Kabupaten Banjar, maka jika ada masalah administrasi yang tidak disetujui oleh pihak rumah sakit, maka Rahmat Andika akan kami larikan ke RSU Al Mansur Medika Banjarbaru," tegasnya.
Belajar dari kasus Rahmat Andika, Ahmad Syarwani menegaskan semua masyarakat akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari pemerintah.
Nenek Rahmat Andika, Nurani Hartani, selama ini hanya bisa pasrah. Dia hanya mampu memberikan obat-obatan tradisional untuk cucunya. Ia tak bisa berbuat lebih, sebab suaminya hanya bekerja sebagai buruh bangunan.
Meski sudah berupaya melakukan perawatan, tapi nahas kondisi cucunya dalam 6 bulan belakangan makin memburuk.
“Awalnya penyakit itu hanya menyerang telapak kaki saja, namun kini sudah menjalar ke seluruh tubuh, dan setiap malamnya cucu saya pasti menangis karena sakit yang dideritanya. Oleh karena itu, saya bersama keluarga menjaganya secara bergantian," bebernya.