Opini

Wafatnya Guru Zuhdi, Sayap Aswaja Terasa Timpang

Oleh: Muhammad Bulkini SEMARAKNYA peringatan haul yang digelar di Banjarmasin tidak terlepas dari peran KH Ahmad…

Featured-Image
Almarhum KH Ahmad Zuhdiannor bersama KH Syaifuddin Zuhri

Oleh: Muhammad Bulkini

SEMARAKNYA peringatan haul yang digelar di Banjarmasin tidak terlepas dari peran KH Ahmad Zuhdiannoor bersama dengan KH Syaifuddin Zuhri. Puluhan ribu jemaah tumpah ruah jika dihadiri dua murid Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) tersebut. Tidak hanya andil dalam mengisi ceramah, dua "pasukan" Majta (majelis Guru Zuhdi) dan Majelis Bani Ismail (asuhan Guru Syaifuddin Zuhri) turut membantu jalannya acara.

Sebut saja haul Habib Hamid bin Abbas Bahasyim Basirih, Surgi Mufti Jamaluddin Sungai Jingah, Datu Amin Benua Anyar, Tuan Guru Saberan Kacil Teluk Dalam, Muallim Syukur Teluk Tiram, Syekh Samman Al Madani di Masjid Jami Sungai Jingah (sebelum pindah ke kota Citra Graha Banjarbaru), dan ulama lainnya.

Penulis mencatat, sebelum dihadiri dua ulama ini, majelis haul memang sudah ramai, tapi tidak seramai beberapa tahun terakhir. Kisaran tahun 2009-2010, haul Habib Hamid bin Abbas Bahasyim misalnya, hanya terhitung seribu jemaah saja.

Saya mengingat betul waktu-waktu itu. Haul habib Basirih digelar setelah shalat dzuhur. Saya berangkat setelah shalat dzuhur dari kediaman di Komplek Pandu, Jl A Yani Km 3,5. Sampai di Basirih -tempat berlangsungnya acara-, masih bisa masuk ke area kubah.

Berbeda dengan kondisi haul Habib Basirih sekarang. Jika saya mencoba datang satu jam sebelum acara, saya kira hanya akan mendapat tempat satu kilometer dari pusat acara.

Seingat saya, haul Habib Basirih digelar besar-besaran ketika KH Ahmad Zuhdiannoor sebagai penceramahnya dan rombongan Majelis Taklim Bani Ismail asuhan KH Syaifuddin Zuhri menggelar dzikir Nasyid di malam-malam sebelumnya.

Hal serupa juga terjadi di haul-haul ulama yang lain di Banjarmasin. Haul Surgi Mufti Sungai Jingah, meski Guru Zuhdi tidak tampil di acara siang, tapi pasukan beliau -Majta- turut membantu jalannya acara.

Begitu juga dengan Haul Datu Amin di Benua Anyar dan haul Tuan Guru Sabran Kacil Teluk Dalam. Pada dua majelis tersebut, Guru biasanya didaulat menjadi penceramah.

Selain menghauli ulama Banjarmasin dengan besar-besaran, Guru Zuhdi juga menghauli Syekh Muhammad bin Abdul Karim Assamman Al Madani secara besar-besaran di Masjid Jami Sungai Jingah, Banjarmasin. Lagi-lagi, KH Syaifuddin Zuhri turut hadir dalam acara.

Terakhir, sebelum kewafatannya pada 9 Ramadhan 1441 Hijriyah, Guru Zuhdi dan KH Syaifuddin Zuhri turut membidani Haul Muallim Abdus Syukur Teluk Tiram. Baru pada tahun ini, haul ulama besar ini digelar dengan besar-besaran.

Penulis melihat, kebersamaan dua ulama karismatik Banjarmasin ini layaknya sepasang sayap yang mengokohkan Islam Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) di Banjarmasin.

Digelarnya haul besar-besaran bukan tanpa sebab. Dua ulama ini sebelumnya terlibat percakapan empat mata terkait derasnya faham radikal yang masuk ke Banjarmasin. Isi pembicaraan tersebut mengalir di lisan para tokoh-tokoh ulama Banjar. Kebetulan, penulis mendapat bocoran dari salah seorang ulama sepuh yang sempat berbicara dengan KH Syaifuddin Zuhri. Isinya di antaranya menyemarakkan kembali haul ulama dan mulai mengajarkan ilmu agama yang menjadi simpanan ulama Banjar.

Dengan wafatnya Guru Zuhdi, sayap itu terasa patah satu. Maka para jemaah di Banjarmasin khususnya, patut untuk terus melanjutkan perjuangan beliau membentengi aqidah berfaham Aswaja, dengan tetap menghadiri majelis-majelis ilmu para ulama yang sejalan. Semoga.

Penulis adalah redaktur bakabar.com sekaligus Ketua Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama Kabupaten Banjar

=================================================================================

Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab pengirim.



Komentar
Banner
Banner