Tak Berkategori

Viral Orang Utan Nyeberang Jalan, BKSDA Kaltim Turun Tangan

apahabar.com, BALIKPAPAN – Salah satu hewan dilindungi, orang utan terlihat menyeberang jalan poros Sangatta-Muara Wahau tepatnya…

Featured-Image
Orang utan menyeberang jalan di Simpang Perdau, Kaltim. Foto-apahabar.com/Istimewa

bakabar.com, BALIKPAPAN – Salah satu hewan dilindungi, orang utan terlihat menyeberang jalan poros Sangatta-Muara Wahau tepatnya di KM 5,5 Simpang Perdau, Kaltim baru-baru ini.

Kejadian tersebut diabadikan oleh seorang pengendara hingga akhirnya viral di media sosia. Dalam video tersebut orang utan menyeberang jalan di tengah guyuran hujan dan kendaraan yang melintas.

Kendaraan pun terpaksa berhenti dan memberikan kesempatan orang utan melintas menuju hutan yang ada di seberang jalan.

Mengetahui hal itu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim turut prihatin. Untuk itu BKSDA telah menurunkan tim menuju lokasi tersebut guna memastikan kondisi orangutan.

“Jadi sejak kemarin kita sudah menurunkan tim pagi-pagi ke sana. Saya sudah dapat laporannya, yang pertama lokasinya terkonfirmasi bahwa itu ada di KM 5,5 dari Simpang Perdau,” kata Kepala BKSDA Kaltim, Ivan Yusfi Noor pada Jumat (19/11).

Selain itu timnya juga memastikan sarang orang utan yang berada di sekitar lokasi tersebut. Ivan menduga sarang tersebut memang sarang orang utan yang menyeberang.

“Konfirmasi lainnya kita ada menemukan tidak jauh dari pinggir jalan itu sarang orang utan. Kemungkinan besar itu sarang orang utan jantan dewasa yang viral kemarin. Tapi ada kemungkinan itu sarang orang utan yang lain,” tuturnya.

Ditanya mengapa orang utan tersebut kerap ditemui menyeberang jalan, Ivan mengatakan bahwa menurut peneliti area Perdau, Bengalon hingga Wahau memang merupakan habitat orang utan. Sebab di daerah tersebut masih terdapat hutan konsesi milik PT KPC.

“Jadi konsesi KPC ini tidak sepenuhnya area tambang, lebihnya masih hutan sekunder, dan di dalamnya masih ada orang utan. Dan area konsesi hutan daerah KPC adalah daerah tempat pengungsian yang sebelumnya berubah jadi tambang,” jelasnya.

Fenomena orang utan nyeberang jalan bahkan sudah terjadi sejak tahun 2006 silam. Hal ini dikarenakan jalan tersebut masih masuk area pintasan pergerakan dari satwa liar ini. Pergerakan harian yang di maksud ialah mencari makan, sarang hingga berevolusi.

“Konsekuensinya kalau pergerakan mereka di saat-saat tertentu jalan mereka terpotong, pasti mereka akan menyeberang,” tambahnya.

Selain itu, Ivan mengatakan jumlah orang utan yang masih bertahan di wilayah hutan sekunder area KPC tersebut sekitar 500 ekor.

Menyikapi soal orang utan menyeberang jalan yang dinilai membahayakan bagi pengendara lain, pihaknya telah meminta jajarannya untuk membuat rambu-rambu peringatan.

“Kita sudah memerintahkan kepada teman-teman untuk mendesain rambu-rambu yang nanti akan mengingatkan kepada pengendara yang melalui jalur itu karena ada lintasan-lintasan satwa liar,” pungkasnya.



Komentar
Banner
Banner