Nasional

Viral, Bule Teweh Bicara Biang Kerok Banjir Kalsel

apahabar.com, BANJARMASIN – Aktivis lingkungan asal Muara Teweh, Kalimantan Tengah, berkebangsaan Perancis bereaksi terkait peristiwa banjir…

Featured-Image
Banjir melanda sejumlah wilayah di Kalsel. Foto-Twitter

bakabar.com, BANJARMASIN - Aktivis lingkungan asal Muara Teweh, Kalimantan Tengah, berkebangsaan Perancis bereaksi terkait peristiwa banjir yang merendam sebagian wilayah Kalimantan Selatan, dalam beberapa hari terakhir.

"Sulit sebagai aktivis lingkungan untuk tidak mengaitkan situasi sekarang dengan beberapa banyak dekade. Bagaimana deforestasi lingkungan terjadi secara besar-besaran. Jika kita buka google docs, maka begitu hancur hutan di Kalsel, khususnya daerah hulu sungai, sehingga mengakibatkan banjir," ucap Bule asal Muara Teweh, Chanee Kalaweit melalui akun YouTube pribadinya yang diunggah, Sabtu (16/1).

img

Bule asal Muara Teweh, Chanee Kalaweit. Foto-Instagram

Menurutnya, deforestasi lingkungan menjadi penyebab utama banjir di Kalsel. Meskipun ada beberapa faktor lain.

"Bukan hanya deforestasi lingkungan, namun ada faktor lain. Tetapi yang terparah itu deforestasi," katanya.

Jika hutan sehat, kata dia, maka akan berfungsi menyerap air ke dalam tanah. Kemudian air perlahan mengalir dari hulu ke hilir sungai.

"Situasi sekarang adalah saat hutan hancur, sementara air datang dari hujan deras. Kemudian air itu langsung ke sungai sehingga meluap, akhirnya terjadi banjir," bebernya.

Dia membantah bahwa banjir Kalsel disebabkan permasalahan sampah. Dia justru menilai sampah hanya berlaku di Jakarta, lantaran menutup selokan dan drainase.

"Sampah adalah suatu masalah besar. Tapi kalau di Kalsel tidak," tegasnya.

Hal ini, menurutnya, harus benar-benar disadari sedini mungkin. Kalau tidak, maka banjir akan terus terulang. Bahkan berdampak kian parah.

"Terlebih, dengan fenomena perubahan iklim dan pemanasan global," ujarnya.

Dia mengungkapkan, akan terjadi fenomena alam yang intensitasnya jauh lebih panjang dibandingkan sebelumnya. Fenomena alam itu yaitu El Nino dan La Nina.

"Artinya, saat ini tidak punya hutan. Padahal sekarang menghadapi hujan yang sangat parah dibandingkan sebelumnya. Di mana musim akan lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Baik El Nino maupun La Nina. Mungkin dahulu banjir akan terjadi per 30 tahun sekali, namun sekarang bisa menjadi 5 tahun sekali," jelasnya.

Dia menyarankan, agar melakukan restorasi ekosistem-ekosistem yang telah dirusak. Khususnya penanaman kembali di daerah yang terjadi deforestasi sejak puluhan tahun lalu.

Kemudian, ungkap dia, masih banyak lahan yang tidak terpakai dan dibiarkan begitu saja.

"Semua harus direstorasi, sehingga La Nina bisa diantisipasi. Jangan berpikir banjir besar hanya terjadi 30 tahun sekali. Di masa seperti ini, banjir bisa sering terjadi. Bahkan air akan lebih tinggi. Pemerintah harus memperhatikan siklus El Nino dan La Nina."

"Semoga airnya cepat surut untuk kawan-kawan Kalsel," pungkasnya.

Komentar
Banner
Banner