bakabar.com, MARTAPURA - Komitmen menghadirkan akses pendidikan bagi anak-anak yang sulit menjangkau sekolah formal mengantarkan SMP Terbuka Sungai Pinang, Kabupaten Banjar, meraih Terbaik 3 Nasional Video Inspiratif Penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS) dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Penghargaan tersebut diserahkan Direktur Sekolah Menengah Pertama Kemendikdasmen, Maulani Mega Hafsari, dan diterima langsung Kepala SMP Terbuka Sungai Pinang, Aswan, di Jakarta, Senin (1/12/2025).
Kepada Radio Suara Banjar, Aswan mengaku bangga atas capaian nasional tersebut. Menurutnya, penghargaan itu menjadi pengakuan atas kerja keras sekolah dalam memperjuangkan hak pendidikan anak-anak di wilayah dengan kondisi geografis yang menantang.
“Kami sangat senang dan bangga atas penghargaan ini,” ujar Aswan.
Ia menjelaskan, video inspiratif yang dilombakan tidak hanya menampilkan aktivitas pembelajaran, tetapi juga menggambarkan semangat juang siswa-siswi Sungai Pinang dalam menempuh pendidikan.
“Pesan utama dalam video tersebut adalah semangat belajar anak-anak Sungai Pinang untuk meraih cita-cita, meski dihadapkan pada berbagai keterbatasan,” jelasnya.
Aswan menuturkan, pembuatan video tersebut dilandasi keinginan untuk menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa SMP Terbuka Sungai Pinang siap membantu anak-anak yang belum atau tidak bersekolah.
“Kami berkomitmen menjangkau yang tidak terjangkau dan melayani yang tidak terlayani,” tegasnya.
Proses produksi video memakan waktu sekitar dua pekan, mulai dari riset, perekaman hingga penyusunan materi. Tantangan terbesar yang dihadapi tim adalah akses menuju lokasi Tempat Kegiatan Belajar (TKB).
“Medan geografis yang sulit, ditambah jalan licin saat hujan, membuat kami beberapa kali harus menunda perjalanan,” ungkapnya.
Keberhasilan tersebut, lanjut Aswan, tidak lepas dari dukungan para guru dan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembuatan video.
“Suksesnya video ini adalah hasil kerja bersama para guru dan siswa-siswi,” katanya.
Program penanganan ATS yang dijalankan SMP Terbuka Sungai Pinang dinilai telah menunjukkan hasil signifikan. Jumlah anak tidak sekolah di wilayah tersebut disebut terus berkurang berkat berbagai pendekatan yang dilakukan.
Strategi yang diterapkan antara lain kemudahan administrasi, penyediaan pakaian sekolah, penyesuaian waktu belajar, serta fleksibilitas sistem pembelajaran. Pendekatan paling efektif, menurut Aswan, adalah mendekatkan layanan pendidikan kepada masyarakat.
“Kami yang datang ke tempat mereka. Banyak anak yang pagi hari harus membantu orang tua, sehingga waktu belajar kami sesuaikan dengan kondisi mereka,” ujarnya.
Dari program tersebut, lahir pula sejumlah kisah inspiratif. Beberapa siswa berhasil menorehkan prestasi lomba, melanjutkan pendidikan ke SMA dan SMK, menjadi aparat desa, bahkan ada yang pernah mencalonkan diri sebagai anggota dewan.
Perubahan paling terasa, kata Aswan, adalah semakin terbukanya akses masyarakat terhadap pendidikan yang layak tanpa terhalang jarak dan kondisi geografis. Upaya ini mendapat dukungan luas dari masyarakat, aparat desa, Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, hingga Pemerintah Kabupaten Banjar.
“Dukungan dari berbagai pihak sangat luar biasa,” ucapnya, yang dilansir rsb.banjarkab.go.id..
Aswan juga menyoroti tiga tantangan utama dalam upaya nasional menekan angka ATS, yakni rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, medan geografis yang sulit, serta kondisi ekonomi keluarga yang mengharuskan anak membantu orang tua.
Ia pun berpesan kepada sekolah lain yang ingin menjalankan program serupa agar tidak mudah menyerah.
“Jangan bosan, jangan berhenti, dan jangan lelah memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Sejatinya kita adalah pelayan pendidikan,” pesannya.
Di akhir wawancara, Aswan berharap pendidikan di Sungai Pinang terus berkembang dan mampu menjangkau seluruh anak usia sekolah.
“Harapan saya, anak-anak tetap bersekolah apa pun kondisinya, karena SMP Terbuka Sungai Pinang hadir untuk menjangkau yang tidak terjangkau dan melayani yang tidak terlayani,” pungkasnya.






