bakabar.com, BANJARMASIN – Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, PgD menilai vaksinasi usia 12-17 tahun di Kalsel masih rendah.
Hal ini dapat menghambat proses pembelajaran tatap muka (PTM) secara menyeluruh seperti keinginan mayoritas masyarakat Kalsel.
Sebagai catatan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan terakhir, seperti dilansir Antara, Jumat (1/10) kemarin, raihan target vaksinasi lengkap pada penduduk usia 12-17 tahun di Kalsel baru mencapai 8.604 orang atau 2 persen dari target.
Untuk vaksinasi lengkap kelompok 12-17 tahun, paling rendah diperoleh Kabupaten Tanah Laut dengan capaian 0,6 persen dan paling tinggi Kota Banjarmasin 6 persen.
“Situasi terakhir ini menunjukkan belum memadainya capaian vaksinasi untuk pelaksanaan PTM di Kalsel dan juga di Indonesia,” ujar Muttaqin seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan keinginan untuk melaksanakan PTM harusnya dijadikan faktor pendorong percepatan vaksinasi di setiap daerah.
“Ayo, berlomba-lomba untuk mempercepat capaian vaksinasi sesuai target demi pelaksanaan PTM yang jadi keinginan mayoritas masyarakat saat ini,” seru Muttaqin.
Capaian Vaksinasi Lengkap
Lebih jauh Muttaqin menjelaskan pelaksanaan PTM perlu memperhatikan capaian vaksinasi lengkap.
Terutama pada segmen pendidik dan tenaga pendidik, murid serta raihan pada seluruh populasi dalam suatu wilayah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan terakhir, realisasi vaksinasi lengkap dua dosis pada tingkat nasional untuk segmen pendidik sudah sebanyak dua juta orang atau 36 persen dari target.
Sementara di Kalsel untuk seluruh segmen realisasi target dua dosis berada pada level 15 persen. Daerah dengan capaian vaksinasi paling tinggi pada seluruh segmen adalah Kota Banjarmasin dengan raihan 30 persen dari target. Sementara yang paling rendah Kabupaten Banjar yaitu 8 persen dari target.
Terlepas dari itu, di samping menunggu situasi pandemi terkendali, pelaksanaan PTM juga harus memperhatikan dampaknya terhadap mobilitas siswa termasuk mahasiswa di tingkat pendidikan tinggi.
Karena persiapan PTM tidak hanya soal bagaimana menerapkan protokol kesehatan di dalam kelas dan lingkungan sekolah ataupun kampus, tetapi juga mencegah mobilitas yang berisiko terhadap penularan dari masyarakat ke sekolah dan sebaliknya.
“Karena itu, PTM jangan dilakukan secara serentak karena akan menciptakan mobilitas harian yang cukup besar yang selanjutnya membebani penanganan pandemi,” ujarnya.