bakabar.com, BANJARMASIN - Lima organisasi kewartawanan yang merupakan konstituen Dewan Pers di Kalimantan Selatan, bersepakat membentuk sebuah wadah bersama.
Diberi nama Konsorsium Pers Banua, wadah bersama ini terdiri dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Serikat Media SIber Indonesia (SMSI).
Konsorsium ini terbentuk dalam pertemuan para ketua kelima organisasi pers tersebut di Sekretariat PWI Kalsel,, (29/12).
Adapun pengurusnya berbentuk dewan presidium dengan kepemimpinan kolektif. Ketua PWI Kalsel, Zainal Helmie dan Sekretaris, Toto Fachrudin, ditunjuk sebagai koordinator.
Kesepakatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam deklarasi bersama yang ditandatangani oleh masing-masing ketua organisasi.
Mereka adalah Didi Gunawan (Ketua AJI Kalsel), Zainal Helmie (Ketua PWI Kalsel), Dina Qomariah (Ketua IJTI Kalsel), Anang Fadillah (Ketua SMSI Kalsel) dan Milhan Rusli (Ketua JMSI Kalsel).
"Ini merupakan momentum bersejarah untuk insan pers di Kalsel, karena lima organisasi yang merupakan konstituen Dewa Pers bersepakat membentuk wadah bersama," papar Helmie.
"Tak satu pun organisasi yang dominan atau merasa paling hebat dan berpengaruh. Semuanya sama sebagai masyarakat pers Banua,” imbuhnya.
Dalam waktu dekat, juga dilakukan deklarasi bersama yang dirangkai dengan diskusi membahas tantangan masa depan pers dalam menjaga marwah, kode etik dan perilaku moral.
"Kami juga bersepakat menguatkan standar kompetensi wartawan, memberikan advokasi dan perlindungan hukum, serta menjaga marwah etik dan perilaku moral wartawan,” tegas Helmie.
Pembentukan Konsorsium Pers Banua tersebut disambut antusias seluruh para ketua organisasi pers di Kalsel.
“Memang harus dilalukan penguatan standar kompetensi wartawan. Banyak wartawan yang mengabaikan kode etik dan perilaku moral,” cetus Milham Rusli yang juga Pemimpin Redaksi bakabar.com.
Senada dengan Milhan, Anang Fadillah juga menilai arti penting penguatan perusahaan pers dan standar kompetensi wartawan.
“Banyak media yang hanya diawaki oleh satu orang dengan merangkap jabatan. Belum lagi kemampuan wartawan yang memprihatinkan,” beber Anang.
Sementara Didi Gunawan menyoroti banyak sampah jurnalistik yang diproduksi perusahaan tak terverifikasi, serta wartawan tak kompeten.
"Kalau dibiarkan terlalu lama, sampah itu akan mendistorsi peran pers yang dijalankan secara profesional," tukasnya.
Adapun Dina Qomariah berharap kerja sama antarorganisasi juga bisa memberikan kontribusi yang nyata untuk Kalsel, "Tentunya kontribusi yang sesuai tugas dan fungsi pers," imbuh Dina.