bakabar.com, JAKARTA – Perjuangan lifter angkat besi putra Indonesia, Eko Yuli Irawan, diangkat menjadi sebuah film pendek.
Eko Yuli Irawan sukses mengharumkan nama bangsa lagi di Olimpiade Tokyo 2020. Bertanding di nomor 61 kilogram putra, pria 32 tahun ini menyumbangkan medali perak.
Kendati hanya meraih perak, Eko Yuli membukukan sejarah sebagai atlet Indonesia dengan peraih medali terbanyak di Olimpiade.
Tercatat atlet kelahiran Metro Lampung ini meraih perunggu di Olimpiade 2008 dan 2012, kemudian perak di Olimpiade 2016.
Pencapaian tersebut tidak instan, karena Eko Yuli sudah menggeluti angkat besi sejak 2000 atau dalam usia 11 tahun.
Kisah inilah yang kemudian diangkat ke dalam film pendek berjudul ‘Eko Yuli Irawan The Movie’.
“Film pendek perjalanan saya di olahraga angkat besi. Semoga bisa menginspirasi,” tulis Eko Yuli dalam Instagram pribadi.
Dapat disaksikan melalui YouTube, film berdurasi 10 menit 25 detik tersebut digarap oleh produsen apparel olahraga SFIDN Fits.
Atlet Kalimantan Selatan
Terlepas dari film pendek itu, awalnya Eko Yuli bersama puluhan anak lain berlatih di sasana milik mantan lifter nasional Yon Haryono di Metro Lampung.
Sasana yang dikelola Yon Haryono itu terbilang sederhana. Sejumlah besi dan barbel adalah hibah dari Joko Buntoro yang merupakan mantan lifter angkat besi nasional.
Belakangan sasana itu semakin maju, karena mendapatkan sokongan dana dari Persatuan Angkat Besi Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Kalimantan Selatan, semasa diketuai Karlie Hanafi Kalianda.
Dalam biografi Karlie Hanafi, disebutkan bahwa bantuan terhadap Yon Haryono merupakan proyek jangka panjang PABBSI Kalsel.
Disokong pendanaan mapan dari Budhi Surya yang notabene pemilik perusahaan PT Daya Sakti Timber Group, PABBSI Kalsel memiliki trik tersendiri dalam membina atlet.
Selain di Metro Lampung, kamp pelatihan PABBSI Kalsel juga berada di Bogor, tepatnya di Parung Panjang.
Hasilnya memang signifikan. Mengusung nama Kalsel di Kejurnas Remaja Junior 2002 di Jawa Barat, Eko Yuli cs meraih 5 emas. Hasil serupa diperoleh dari Kejurnas Angkat Besi 2003 di Bali.
Prestasi itu membuat anak asuh Yon Haryono, dilirik PB PABBSI. Kebetulan Ketua Umum PB PABBSI, Dharma Surya, merupakan saudara kandung Budhi Surya.
Mereka pun diboyong ke Parung Panjang sejak akhir 2002. Eko Yuli yang baru lulus Sekolah Dasar (SD), terpaksa meninggalkan keluarga di Metro Lampung.
Pelatihan di Parung Panjang ini akhirnya mengantarkan Eko Yuli ke Kejuaraan Dunia Junior 2006. Eko meraih perak kelas 56 kg dengan total angkatan 269 kilogram.
Namun seiring kelesuan industri, PT Daya Sakti Timber Group mengurangi subsidi untuk PABBSI Kalsel.
Tercatat satu atlet binaan PABBSI Kalsel menghabiskan Rp3 juta per bulan. Sementara atlet yang ditanggung berjumlah tidak kurang 20 orang. Itu belum termasuk biaya bertanding dan peralatan latihan.
Akhirnya dalam SK KONI Nomor 16 Tahun 2006, KONI Kalsel mengizinkan kepindahan Eko Yuli, Triyatno dan Edi Kurniawan ke Kalimantan Timur bersama enam atlet binaan PABBSI Kalsel lain.