bakabar.com, BANJARMASIN – Harga bahan pokok atau komoditas di Kalimantan terus merangkak naik. Terlebih, menjelang Ramadan.
Minyak goreng (migor) masih menjadi momok nomor satu. Berdasar Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), rata-rata harga migor curah di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin per 6 Maret sebesar Rp15 ribu. Sedang harga minyak goreng kemasan Rp14 ribu.
Dibanding hari sebelumnya, artinya ada kenaikan sebesar 2,04 persen pada minyak goreng curah. Sedang minyak goreng kemasan tetap sama.
Tak cuma migor curah, harga beras medium dan daging sapi juga naik, masing-masing Rp11.600 menjadi Rp12 ribu, dan Rp126.700 menjadi Rp131.700.
Situasi tak kalah buruknya terjadi di level provinsi. Harga migor curah di 13 kabupaten/kota Kalsel rata-rata mencapai Rp16.500 atau naik 1,23 persen, beras medium Rp11.300 naik 1,89 persen, daging sapi paha belakang Rp135.600 naik 1,27 persen.
Tak hanya itu, telur ayam ras juga menjadi Rp22.900 atau naik 2,24 persen, dan bawang putih honan Rp25.700 naik 1,58 persen. Jika melihat situasi nasional, harga migor Kalsel bahkan melampaui harga migor nasional: Rp16 ribu.
Kenaikan harga pokok tersebut, menurut Ekonom Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hidayatullah Muttaqin, sudah sesuai prediksi.
“Konsumsi maayarakat akan meningkat di bulan Ramadan,” ujar Taqin dimintai pendapatnya, Senin (7/3) malam.
Tak hanya migor ataupun beras, Taqin melihat harga komoditas lain seperti kedelai, elpiji nonsubsidi dan BBM nonsubsidi juga ikut merangkak naik.
“Berbagai komoditas sembako plus elpiji sudah naik sejak awal 2022, maka pemerintah harus memperhatikan supply [pasokan] saat ini dan kecukupannya saat Ramadan,” ujarnya.
Tak kalah penting, menurut Taqin, pemerintah juga harus memerhatikan alur distribusi di mana potensi terjadinya penimbunan sembako. “Itu harus diantisipasi dari sekarang,” ujarnya.
Di lapangan, harga migor memang masih terus bergejolak. Masyarakat sulit memperolehnya.
Jika ada, harganya pun di atas harga eceran tertinggi. Menurutnya, semua itu tak lepas dari keberadaan stok lama pedagang.
Sebagian pedagang memilih menjual di atas HET sebab harganya sudah tinggi ketika membeli. Taqin menyarankan pemerintah mengintervensi stok lama pedagang.
"Pemerintah harus memberikan subsidi harga kepada pedagang agar mereka tidak mengalami kerugian ketika menjual minyak goreng stok lama dengan harga sesuai HET," ujarnya.
Lantas, mungkinkah hal tersebut dilakukan pemerintah? Secara historis apa sudah pernah dilakukan pemerintah sebelumnya?
Taqin bilang seharusnya bisa. Seperti subsidi terhadap elpiji dan BBM. Namun pengecualian untuk kasus migor, subsidi hanya sebatas menghabiskan stok lama.
"Cara lebih mudah pemerintah melalui Bulog membeli migor stok lama dari pedagang. Lalu dijual ke masyarakat sesuai HET," ujarnya.
Lantas, bagaimana respons pemerintah? Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, misalnya, memandang intervensi ke stok lama pedagang belum perlu dilakukan.
“Mungkin saja itu dilakukan kalau ada indikasi penimbunan. Tapi, selama ini kita gelar operasi pasar migor,” ucap Ibnu, Minggu (6/3) malam.
Yang Perlu Dilakukan Pemerintah Ketika Harga Migor di Kalsel ‘Selangit’