bakabar.com, JAKARTA - Dana transisi energi atau Just Energy Transition Partnership (JETP) tak kunjung cair. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menagihnya ke IPG.
IPG kepanjangan International Partners Group. Gabungan negara-negara tajir. Yakni Inggris, Prancis, Jerman, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Mereka yang menggagas JETP.
Baca Juga: Dukungan Hanura Jadi Suntikan Energi Baru untuk Ganjar
Poin JETP adalah mekanisme kerja sama pembiayaan. Untuk mendorong transisi fosil ke energi terbarukan di negara berkembang.
"Kita bisa melakukan itu jika dana sudah cair. Karena butuh pembiayaan," katanya dalam acara Bloomberg CEO Forum at Asean di Jakarta, Rabu (6/9).
Total budget yang ditagih Luhut tak sedikit. Mencapai 20 miliar dolar AS. Jika uangnya cair, Indonesia ingin menyuntik mati sejumlah PLTU. Yang pertama adalah PLTU Suralaya di Banten.
Luhut beranggapan dana transisi enerig JETP itu tak jelas. Padahal usulannya sudah digaungkan oleh negara G7.
"Ya, mereka kan yang minta kita buat, ya kita buat. Mereka yang janjiin duitnya, ya sekarang mana duitnya," ujarnya.
Baca Juga: Bertemu Salim Segaf, Anies Ngaku Dapat Energi Baru untuk Maju
Luhut sedikit kecewa. Apalagi uangnya yang dijanjikan juga masih tak cukup membiayai transisi energi sepenuhnya. Di mana kebutuhannya mencapai USD100 miliar.
Karena itu Indonesia tetap mesti cari tambahan sendiri. Seditaknya USD80 miliar. "Saya akui ini memang bukan hal yang mudah. Tetapi pemerintah berkomitme penuh untuk menuju transisi energi terbarukan," tutupnya.