Trending Sepekan

Trending Sepekan: Ibu Muda Tanbu Aniaya Anak hingga Viral Bayi Meninggal di RSUD Ulin!

Sejumlah pemberitaan apahabar.com berhasil menjadi sorotan publik. Bahkan memasuki jajaran trending topic di media sosial (medsos).

Featured-Image
Kekecewaannya itu disampaikan melalui story Instagram, dengan nama akun @razqyafrnillahasymi_. Belakangan diketahui, pemilik akun itu Ani Farnila. Namun sekarang sudah dihapus. Foto-Instagram/@razqyafrnillahasymi_

bakabar.com, BANJARMASIN - Sejumlah pemberitaan bakabar.com berhasil menjadi sorotan publik.

Bahkan memasuki jajaran trending topic di media sosial (medsos).

Dari kasus ibu muda di Tanah Bumbu (Tanbu) yang menganiaya anaknya berusia 3 tahun hingga tewas, kemudian dua pemuda Barabai diringkus polisi karena sabu, sampai bayi meninggal dunia di RSUD Ulin Banjarmasin. 

Berikut sederet pemberitaan yang trending topic selama sepekan:

1. Ibu Muda Tanbu Aniaya Anak hingga Tewas

Tersangka penganiayaan terhadap anak kandung. Foto-Humas Polres Tanbu
Tersangka penganiayaan terhadap anak kandung. Foto-Humas Polres Tanbu

Seorang ibu muda asal Tanah Bumbu (Tanbu) berinisial SN (18) ditangkap polisi, Jumat (4/12) pukul 21.20 Wita.

Ia diduga melakukan tindak pidana kekerasan terhadap anaknya yang masih berusia 3 tahun hingga tewas.

SN merupakan warga Jalan Kodeco, Kilometer 29, Desa Mantawakan Mulia, Mantewe, Tanbu.

"Kami amankan SN di Jalan Batu Benawa atas dugaan tindak pidana kekerasan terhadap anak di bawah umur," ucap Kapolres Tanbu, AKBP Tri Hambodo melalui Kasi Humas, AKP Saryanto, Selasa (6/12).

Peristiwa kekerasan tersebut terjadi pada Senin (31/10) sekira pukul 15.30 Wita.

Berawal dari pelapor yang merupakan ayah korban mendapatkan kabar dari mantan istrinya (tersangka) bahwa anaknya masuk rumah sakit. 

Mantan istri pelapor juga mengirimkan video anaknya tersebut yang sudah di rumah sakit. Dalam video tersebut juga terlihat perut anaknya yang memar.

Pelapor menanyakan kepada mantan istrinya penyebab anaknya sampai seperti itu, dan mantan istri pelapor pun menjawab bahwa anaknya terjatuh di got.

Dikarenakan pelapor tidak ada kendaraan dan sudah malam hari, sehingga pelapor mengatakan bahwa akan ke rumah sakit menjenguk anaknya pada keesokan harinya. 

Kemudian keesokan harinya atau Selasa (1/11) sekira pukul 09.30 Wita saat pelapor sedang menuju ke rumah sakit, ternyata anaknya meninggal dunia.

Namun sesampainya pelapor di rumah sakit, ada tetangga yang menceritakan kepadanya bahwa dia yang membawa anak pelapor tersebut ke rumah sakit dan luka memar yang didapat oleh anaknya bukan dikarenakan terjatuh ke got. 

Pelapor pun mencoba menghubungi mantan istrinya, namun sudah tidak bisa dihubungi, sehingga melapor ke Polres Tanah Bumbu. 

"Kami pun melakukan penyelidikan dan akhirnya menangkap SN," katanya.

Ia mengatakan, dari hasil interogasi terhadap tersangka SN, ternyata memar pada tubuh anaknya bukan bekas terjatuh di got, melainkan bekas dipukul.

"Tersangka melakukan pemukulan terhadap anaknya dengan menggunakan kayu karena emosi. Dia emosi lantaran korban ingin bermain keluar rumah dan menangis terus menerus," tutupnya.

2. Dua Pemuda HST Diringkus karena Sabu

Kedua budak sabu diamankan polisi. Foto-Humas Polres HST untuk bakabar.com
Kedua budak sabu diamankan polisi. Foto-Humas Polres HST untuk bakabar.com

Polisi membekuk 2 pemuda Barabai, Hulu Sungai Tengah (HST) lantaran kedapatan mengantongi narkoba jenis sabu seberat 0,33 gram. 

Keduanya berinisial MI (28) dan FF (20). Mereka ditangkap di Jalan Muallimin, Barabai, HST.

"Tak hanya itu, kami juga mengamankan barang bukti uang tunai senilai Rp130 ribu," ucap Kasubsi Humas PIDM Polres HST, Aipda Husaini kepada bakabar.com, Senin (5/12).

Barang bukti tersebut, kata dia, diletakkan di kotak rokok dan sempat dibuang pelaku.

"Saat ini keduanya diamankan di Mapolres HST untuk proses hukum selanjutnya," katanya.

Atas perbuatannya, kedua pelaku disangkakan dengan Pasal 114 ayat (1) sub Pasal 112 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Viral Bayi Meninggal di RSUD Ulin 

Kekecewaannya itu disampaikan melalui story Instagram, dengan nama akun @razqyafrnillahasymi_. Belakangan diketahui, pemilik akun itu Ani Farnila. Namun sekarang sudah dihapus. Foto-Instagram/@razqyafrnillahasymi_
Kekecewaannya itu disampaikan melalui story Instagram, dengan nama akun @razqyafrnillahasymi_. Belakangan diketahui, pemilik akun itu Ani Farnila. Namun sekarang sudah dihapus. Foto-Instagram/@razqyafrnillahasymi_

Seorang ibu dari pasien bayi kecewa atas tindakan yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin.

Kekecewaannya itu disampaikan melalui story Instagram, dengan nama akun @razqyafrnillahasymi_.

Belakangan diketahui, pemilik akun itu Ani Farnila. Namun sekarang sudah dihapus.

Dalam tangkapan layar yang didapat bakabar.com, Kamis (8/12/2022), Ani merasa kecewa dengan tindakan yang dilakukan dokter RSUD Ulin Banjarmasin terhadap balitanya bernama, Farra.

Niatnya ke RSUD Ulin Banjarmasin untuk menyembuhkan sang anak karena demam dan batuk.

Sebelumnya, masih dalam postingannya itu, Ani menjelaskan bahwa sang balita sempat di rawat RS Suaka Insan, RS Bhayangkara, dan terakhir rawat jalan ke dokter paru di Banjarmasin.

Karena tak kunjung sembuh, meski melalui pemeriksaan, termasuk telah mengantongi hasil rontagen dan laboratorium, Farra harus kembali rawat inap di rumah sakit, melalui surat rujukan dokter parunya.

Ia berpikir RSUD Ulin sudah tempat terbaik untuk mengobati sang anak, namun justru malah sebaliknya.

Ia bercerita, pertama masuk, Farra masih baik sehat karena batuk dan kejang-kejangnya hanya beberapa detik saja, namun badannya sehat.

Selanjutnya masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD), Farra dicek darah. Tak berselang lama, dimasukannya infus NAcl yang isinya natrium.

Disebut Ani dalam postingan itu, natrium itu garam, sedangkan anaknya ada infeksi paru-paru. Ia pun berasumsi jika luka diberi garam seperti apa rasa pedihnya. 

"1 kali diiufus awak (tubuh) anak ku masih tahan," tulisnya.

Namun setelah yang kedua kalinya masuk infus, kata Ani, tubuh Farra mulai nge-drop. Lalu ketiga kalinya langsung benar-benar drop. Dan infus keempat masih dipaksa memasuk oleh pihak RSUD Ulin Banjarmasin. Hingga meninggal dunia.

Ani merasa kecewa karena, sejak awal ia menolak Farra diinfus yang isinya menurutnya garam.

"Sampai anakku meninggal. Di situ aku kecewanya dengan RUMAH SAKIT ULIN, yang TIDAK PERNAH MENDENGARKAN KELUHAN KU, AKU MENANGIS-NANGIS, karena aku tidak mau anak ku diinfus natrium," tulis Ani.

"Pas anak ku meninggal lalu si dokternya di sana menyebut ya mungkin tubuhnya tidak menerima dikasih zat natrium itu. Maka sudah tahu saja anakku infeksi paru harus parunya yang diobati dulu!" lanjut Ani yang merasa ditertawakan dokter karena sering mengeluh.

Ani mempertanyakan di mana keadilan RSUD Ulin, di saat buah hatinya merasakan penderitaan hebat. Ani merasa anaknya jadi komplikasi karena tidak tahan zat natrium itu.

Kekecewaan Ani juga saat kedua kaki anaknya dibelah seolah jadi praktik oleh dokter-dokter muda di RSUD Ulin.

Belakangan diketahui tindakan itu disebut vena seksi yang bertujuan mencari urat untuk masuk infus.

Rupanya postingan itu membuat gempar media sosial.

Mengingat, Ani punya pengikut 8 ribu followers di akun Instagramnya. bakabar.com pun berupaya menemui sang ibu menkonfirmsi hal itu ke rumahnya.

Namun dari teras rumah, hanya ditemui sang paman.

“Nah tidak tahu, yang viral apa ya,” ujar sang paman.

Menurut sang paman, Ani belum bisa ditemui. Boleh jadi lantaran peristiwa yang telah menimpanya.

“Orangnya lagi enggak bisa ditemui. Masih sulit berkomunikasi,” sambungnya.

Respons RSUD Ulin Banjarmasin

Rsud Ulin Banjarmasin
Direktur Utama RSUD Ulin, Dr dr Izaak Zoelkarnain Akbar mengklarifikasi viralnya curhatan orang tua pasien

Menyikapi hal itu manajeman rumah sakit angkat bicara.

Direktur Utama RSUD Ulin, Dr dr Izaak Zoelkarnain Akbar mengatakan apa yang dilakukan rumah sakit sudah sesuai standar.

“Kita bekerja sesuai dengan protokol, bukan asumsi, semuanya dilakukan berdasarkan prosedur,” kata dr Izaak,Kamis (8/12).

Sebelum melakukan tindakan, rumah sakit sudah meminta izin pada orang tua pasien.

Surat persetujuan antara manajemen dan rumah sakit pun sudah dibubuhi tanda tangannya.

Ia dengan tegas mengungkapkan apa yang dilakukan rumah sakit diakui sudah sesuai depan prosedur.

Terkait upaya vena seksi yang dilakukan adalah tindakan darurat oleh rumah sakit agar pasien tidak memburuk.

“Vena Seksi itu di Rumah Sakit Ulin sudah ribuan dikerjakan,”  ujarnya.

Meski sempat dikabarkan miring, rumah sakit tak akan menempuh jalur hukum atas kejadian tersebut.

Pihaknya berasumsi masyarakat pengguna media sosial sudah lebih bijak terkait hal tersbut.

“Ya tidak. Saya berpikir masyarakat sudah dewasa. Mungkin yang mengeluh satu dua tapi yang juga sembuh ada ribuan orang,” sambung Dirut Izaak.

Namun sayang, hingga kini belum disebutkan secara detil terkait penyakit yang diderita Farah hingga meninggal dunia.

Editor


Komentar
Banner
Banner