bakabar.com, JAKARTA - Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto mengklaim memiliki kedekatan dengan negara Barat. Kelakar itu disampaikannya di tengah dialog capres bersama Kadin.
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira Adhinegara berpandangan pernyataan Prabowo yang mengku tidak anti Barat cukup kontroversial. Sebab, Prabowo memiliki sejarah masalah dengan negara Barat. Terutama terkait peristiwa tahun 1998.
"Sebenarnya Prabowo punya masalah dengan negara Barat. Terutama ketika 98 ya. Negara-negara Barat kan mereka menjunjung tinggi hak asasi manusia, demokrasi, melihat bahwa sosok Prabowo jauh dari itu," katanya kepada bakabar.com, Kamis (18/1).
Baca Juga: Prabowo Ingin Tingkatkan Belanja Negara, CORE: Bukan Soal Keberanian!
Lebih rinci, dia menyoroti hubungan Prabowo dengan negara Barat sejauh ini hanya karena kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan. Hal itu karena adanya transaksi alat utama sistem senjata (alutsista) dengan produsen alat pertahanan dari negara-negara Barat.
"Jadi hubungannya mungkin karena sekarang jadi Menteri Pertahanan maka ada transaksi dengan produsen alustista di negara-negara barat atau dengan pemerintah. Tapi baru baru aja kan?," katanya.
Meski begitu, selama menjadi Menteri Pertahanan, ternyata hubungan Prabowo tidak berjalan dengan baik. Ketua Umum Partai Gerindra tersebut diketahui memiliki masalah dengan negara mitra Barat yakni Korea Selatan.
Baca Juga: LIPSUS: Jokowi Punakawan Prabowo-Gibran
Masalah tersebut spesifik mengenai utang pemerintah Indonesia dalam pembelian pesawat jet dari Korea Selatan yang total mencapai Rp24,8 triliun. Di sisi lain, pemerintah baru membayar 17 persen dari kewajibannya. Sementara itu, sisanya sebesar 83 persen belum dilunasi sampai sekarang.
"Indonesia masih utang pembelian pesawat jet ke Korea Selatan dan itu sering diungkit oleh pejabat Korsel," terangnya kepada bakabar.com.
Bhima menyatakan buruknya hubungan ini dapat berpengaruh terhadap sentimen negara Barat terhadap Indonesia. Padahal, Korsel merupakan salah satu aliansi negara-negara Barat. Khususnya Amerika Serikat dan Eropa.
Baca Juga: Kelakar Prabowo Bukan Anti-Barat: Aku Suka Makan Burger King
Menariknya, Bhima memberikan penilaian positif terhadap Anies Baswedan mengenai capres yang berpotensi memiliki kedekatan dengan negara Barat. Capres nomor urut 1 tersebut dinilai memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang mumpuni.
"Soal kedekatan dengan negara Barat karena bahasa Inggris paling bagus Anies ya mungkin paling dekat Anies bukan Cak Imin ya tapi Aniesnya," jelas dia.
Lebih jauh, Bhima membahas keuntungan yang bisa didapat apabila pemerintah mampu mempunyai kedekatan dengan negara Barat.
Baca Juga: Kiai Madura Targetkan Prabowo-Gibran Menang 70 Persen
Pasalnya, di era pemerintah Jokowi, China disebut menjadi kreditur terbesar. Bhima melihat kehadiran negara Barat sebagai potensi penyeimbang agar Indonesia tidak terlalu tergantung pada investasi dan utang dari China.
"Justru kehadiran negara Barat ini bisa jadi penyeimbang karena kalau misalkan kita terlalu didikte oleh investasi dan utang dari China bisa masuk jebakan utang," jelasnya.
Sekadar informasi, kata Bhima, merujuk pada data per November 2023 kemarin utang Indonesia terhadap luar negeri mencapai Rp6.235,9 triliun atau USD400,9 miliar.