Iduladha 2023

Tradisi Kurban di Aceh: Hewan Dimandikan hingga Diselimuti Kain Kafan

Tradisi penyembelihan hewan kurban di Aceh terbilang unik lantaran hewan dimandikan terlebih dahulu dan diselimuti kain kafan saat hendak disembelih.

Featured-Image
Warga membawa hewan kurban domba miliknya yang akan diserahkan kepada panitia kurban untuk penyembelihan di Desa Krueng Batee, Aceh Barat Daya, Aceh, Jumat (30/6/2023). (ANTARA/Khalis Surry)

bakabar.com, JAKARTA - Tradisi penyembelihan hewan kurban di Aceh terbilang unik lantaran hewan dimandikan terlebih dahulu dan diselimuti kain kafan saat hendak disembelih.

Hal ini dilakukan dalam rangkaian Iduladha 1444 Hijriah dengan corak tradisi yang sarat dengan nilai di Desa Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh.

Masyarakat tampak menyelimuti dan menudungi hewan kurban dengan kain kafan saat penyembelihan. Bahkan mereka juga menyedekahkan sejumlah perlengkapan mandi hingga payung ke petugas mesjid yang ditampung dalam nampan.

Baca Juga: Aktivitas Arus Balik Iduladha Merak - Bakauheuni Normal dan Lancar

“Ini memang sudah turun temurun dari zaman ke zaman yang dilakukan orang tua kita dulu, bagi mereka yang mampu saja, bukan suatu keharusan,” kata Iman Meunasah Desa Krueng Batee, Tgk Salmi di Aceh Barat Daya, Minggu (2/7).

Salmi menerangkan bahwa hewan kurban seperti sapi, domba, dan kambing dipayungi dan diselimuti dengan kain kafan saat diboyong ke area penyembelihan yakni meunasah atau mesjid kecil.

Bahkan hewan kurban juga telah dimandikan pakai sabun hingga bersih, dan juga dilakukan tradisi peusijuek di rumah pemiliknya.

Kain putih yang menyelimuti hewan tersebut memiliki empat. Masing-masing segi telah diikat uang yang merupakan sedekah sang pemilik hewan untuk petugas penyembelihan.

Baca Juga: Kampanye Kurban Asik Tanpa Plastik, Kurangi Sampah saat Iduladha

Pemilik ternak juga menyediakan beragam perlengkapan yang diisi dalam nampan, diserahkan berbarengan dengan hewan kurban. Beberapa di antaranya seperti sikat gigi, sabun, odol, cermin, gunting, kain sarung, mukena, baju, payung dan beberapa lainnya.

Selanjutnya ampan tersebut disedekahkan kepada petugas penyembelihan, kemudian isinya dibagikan ke pengurus di lingkungan mesjid, ketika proses penyembelihan selesai.

Menurutnya tidak semua masyarakat yang berkurban harus menyelimuti hewan dengan kain kafan atau menyediakan perlengkapan lainnya dalam nampan. Hal ini hanya tradisi turun temurun, yang dilakukan sesuai dengan keikhlasan pemilik hewan, bila memiliki kemampuan.

Baca Juga: Momen Iduladha, Perlengkapan untuk Bakar Sate Laku Keras

“Ada juga yang hanya memberi kue saja, atau bahkan tidak mengisi sama sekali, juga tidak masalah. Karena (tradisi) ini bukan sesuatu yang sunnah dilakukan, apalagi wajib sudah pasti bukan, jadi tidak dianjurkan dalam agama,” ujarnya.

Menurut Tgk Salmi, kebiasaan ini tidak diperintahkan dalam hukum islam. Begitu juga dalam adat atau budaya Aceh, hanya saja suatu kebiasaan masyarakat dari zaman dulu, sehingga tetap dilestarikan hingga sekarang.

Tujuannya, kata dia, masyarakat ingin hewan kurban yang disembelih itu bersih, sehingga memperlakukan layaknya mengurus anggota keluarga yang diniatkan dalam kurban tersebut, baik yang masih hidup ataupun telah meninggal dunia.

“Kalau berkurban tapi tidak menyediakan ini juga enggak masalah, tidak ada denda atau hukuman. Jadi kalau bilang ini adat gampong maka kalau tidak dilakukan akan kena denda gampong, tapi ini bukan adat, hanya kebiasaan saja,” pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner