bakabar.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menawarkan sederet solusi atas ancaman krisis pangan dunia imbas invasi Rusia di Ukraina.
“Ya, Pak Presiden akan minta Presiden Putin untuk membuka koridor pupuk dan koridor gandum,” kata Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno dikutip dari Detik.com, Selasa (28/06).
Koridor dimaksud merupakan jalur distribusi barang yang dijamin kedua negara, Rusia dan Ukraina, bebas dari aktivitas perang. Posisinya menyerupai koridor bagi warga sipil yang ingin menyelamatkan diri dari perang.
Solusi tersebut bakal disampaikan Jokowi saat bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Menurut laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO), perang Ukraina-Rusia akan mendorong 47 juta orang di seluruh dunia masuk ke jurang kerawanan pangan akut. Ancaman serupa juga akan terjadi di Indonesia jika perang tak berhenti sampai 2024.
Langkah yang diambil Presiden Jokowi diapresiasi sejumlah pengamat hubungan internasional, meskipun diragukan akan diterima oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dalam pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin kelompok negara maju G7, Jokowi menyampaikan keprihatinannya tentang ancaman krisis pangan global.
Ancaman krisis pangan ini diprediksi akan lebih dulu menyasar negara-negara berkembang. Tiga ratus dua puluh tiga juta orang di tahun 2022 ini, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut.
“G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” kata Presiden Jokowi dalam KTT G7 sesi II dengan topik ketahanan pangan dan kesetaraan gender, yang berlangsung di Elmau, Jerman (27/06).
Presiden Jokowi menekankan pentingnya dukungan negara G7 apa yang ia sebut “me-reintegrasi ekspor gandum Ukraina dan ekspor komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global”.
Impor Gandum Terganggu
Rusia dan Ukraina sendiri mengekspor hampir 30% gandum dalam perdagangan internasional pada 2021, dan juga merupakan negara eksportir terbesar bagi komoditas pangan lainnya, seperti jagung, dan minyak nabati.
Sementara, Rusia merupakan produsen terbesar hidrokarbon, dan pengekspor pupuk dunia.
Pada April 2022, Indeks Harga Pangan FAO meningkat 17% lebih tinggi dibandingkan pada Januari 2022, dan harga serealia meningkat lebih dari 21% sejak Januari.
Harga minyak mentah dunia juga mengalami peningkatan antara Januari dan April 2022, dengan harga minyak Brent yang meningkat hingga 24,5%.
Masih dari laporan FAO, sejak 2020, angka kemiskinan terus tumbuh di seluruh dunia, sejalan dengan jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan.
Bank Dunia memperingatkan bahwa setiap persentase kenaikan dalam indeks harga pangan akan mendorong 10 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia.
Menurut proyeksi Program Pangan Dunia (WFP), akibat terganggunya pasokan minyak dan pangan dari Rusia dan Ukraina ini akan meningkatkan 47 juta orang masuk pada kategori kerawanan pangan akut, dengan terbesar di Afrika sub-Sahara.
Berdasarkan simulasi FAO, jumlah orang kurang gizi secara global akan meningkat antara 7,6 dan 13,1 juta orang pada 2022/2023 sebagai dampak dari konflik ini.
Indonesia sendiri tak bakal luput dari efek krisis Ukraina-Rusia. Indonesia merupakan negara importir hampir 100% gandum.
Ukraina menempati posisi negara ketiga negara eksportir biji gandum dan meslin bagi Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, nilai impor dari Ukraina ini terus meningkat.
Sementara sejak invasi Rusia berlangsung, produksi gandum dunia menurun hingga -8%.
“Impor gandum kita 2021 kemarin 11,7 juta ton, luar biasa besar. Dan saat ini sudah 27% pangan kita ini dipasok oleh gandum,” kata guru besar IPB, Profesor Dwi Andreas Santosa, dilansir dari laman serupa.
Dalam jangka pendek dan menengah, harga produk turunan gandum seperti roti, mi, tepung terigu, dan kue-kue diperkirakan akan melonjak, karena harga saat ini “masih menggunakan kontrak lama”.