Kalsel

Tim Ahli ULM: Galian Tambang Ubah Morfologi Sungai Satui

apahabar.com, BANJARMASIN – Tim Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ikut menganalisis penyebab banjir di…

Featured-Image
Ilustrasi banjir Satui. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Tim Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ikut menganalisis penyebab banjir di Kecamatan Satui, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Dekan Fakultas Kehutanan ULM Dr Kissinger, S.Hut. M.Si, mengungkapkan karakter bentang darat wilayah, daya tampung dan morfologi sungai, perubahan bentang alam, intensitas hujan dianalisis menjadi pemicu banjir.

Sementara Desa Sinar Bulan menjadi daerah terkena dampak banjir paling parah. Desa tersebut terletak di bagian hilir DAS Satui.

Kissinger mengungkapkan DAS Satui dengan luas 86.616 ha (KLHK 2019) memiliki persentase luas tutupan hutan lebih dari 37 persen, yang berarti luasan tutupan hutan melebihi standar 30 persen.

Mengutip Antara, berdasarkan hasil pengamatan citra satelit Sentinel-2 tahun 2019, kondisi hutan di bagian hulu Sungai Satui ini masih cukup bagus. Akan tetapi luas lahan kritis DAS juga terus meningkat, tercatat mencapai 38,15 persen (2016) dan 42 persen (2017).

Indeks erosi DAS sebesar 2,04 dan lahan kritis memicu tingginya run off dan erosi yang selanjutnya akan memperburuk kualitas DAS Satui yang berhulu di sebelah timur pegunungan Meratus dan memiliki dua aliran, yaitu Sungai Satui dan Batulaki.

Hasil analisis tata air DAS Satui dari beberapa parameter, seperti koefisien rejim aliran lebih dari 23,36, koefisien aliran sebesar 0,61, muatan sedimen 15,5 ton/ha/tahun. Adapun kejadian banjir lebih dari satu kali setahun, indeks penggunaan air 1,28 m3/detik.

Hasil kajian ULM juga menganalisa mengenai aspek sosial ekonomi dari kondisi DAS Satui. Pertama, tekanan penduduk terhadap lahan 0,18. Kedua, tingkat kesejahteraan penduduk 6. Ketiga, pendapatan masyarakat yang cukup tinggi sangat tergantung dengan alam sekitar.

Karakteristik DAS berdasarkan aspek tata ruang (pemanfaatan ruang), yaitu kawasan lindung 10,38 persen, kawasan budi daya didominasi oleh kelerengan 0 sampai 21 persen seluas 75,83 persen.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P. 60 /Menhut-Ii/2014 tentang Kriteria Penetapan Klasifikasi DAS, melalui pemberian bobot, penetapan kelas, perhitungan skor dan penilaian dari masing-masing subkriteria diperoleh nilai total 129,25. Maka DAS Satui termasuk klasifikasi DAS pemulihan tinggi sampai sangat tinggi.

“Daya dukungnya informasi ini mengindikasikan karakteristik DAS dengan tingkat ketergangguan tinggi. Wilayah Desa Sinar Bulan yang terdampak banjir merupakan dataran rendah yang dikelilingi landscape atau bentang darat dengan tofografi bergelombang,” ujar Kissinger.

Berdasarkan pengamatan citra dengan memasukkan unsur topografi, ungkap dia, Desa Sinar Bulan merupakan wilayah cekungan yang sangat berpotensi tergenang dengan periodisitas pengulangan banjir dapat lebih satu kali dalam setahun.

Hasil analisis topography wetness index menunjukkan bahwa wilayah Desa Sinar Bulan dan sekitarnya termasuk kategori sangat tinggi untuk indeks kebasahannya.

Karakteristik meander sungai yang cukup ekstrem di bagian hilir menyebabkan melambatnya kecepatan aliran air menuju laut, sehingga sungai meluap dan membanjiri wilayah-wilayah dengan indeks kebasahan tinggi, seperti Desa Sinar Bulan.

Meander sungai ekstrem yang diperparah dengan pendangkalan sungai akibat sedimentasi menyebabkan kecepatan air melambat menuju ke laut, sehingga menambah waktu lamanya genangan banjir.

Kissinger menjelaskan pengelolaan DAS Satui dalam rangka pengendalian banjir harus berorientasi jangka pendek, yakni perlu aksi cepat dan tepat serta jangka panjang, yaitu mitigasi dan pemeliharaan lingkungan.

Pendekatan teknis sipil dapat dilakukan untuk aksi cepat. Pembuatan embung di bagian hulu DAS dapat dilakukan untuk memperlambat aliran arus sungai.

Sementara di bagian hilir, untuk menangani karakteristik meander yang ekstrem dapat dilakukan dengan membuat sodetan.

Panjang sodetan (jarak datar) antara wilayah terdampak banjir dengan tepi laut lebih kurang 7,5 meter. Peningkatan daya tampung sungai juga menjadi langkah cepat yang bisa diambil. Perbaikan drainase di wilayah terkena dampak dapat juga dilakukan.

Sementara pengendalian jangka panjang yang bisa dilakukan dengan pendekatan revegetasi (reboisasi dan penghijauan) serta penerapan agroforestry.

Bangunan konservasi juga harus diterapkan untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Pendekatan kebijakan merupakan hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan. Bentuk kebijakan tersebut, di antaranya dapat berupa evaluasi perizinan; penguatan RTRW dan RPJMD, sistem peringatan dini, perda jasa lingkungan dan peningkatan peran para pihak.

“Harapan bencana banjir tidak berulang akan begitu tinggi apabila berbagai langkah kongkret yang disebutkan dapat terealisasi,” kata Kissinger.

Kissinger mengungkapkan berdasarkan analisis geospasial kondisi bentang lahan DAS Satui terdapat banyak galian tambang, khususnya sepanjang Sungai Satui dan anak Sungai Batulaki.

Galian tambang ini mengubah konfigurasi topografi (kontur permukaan lahan) sehingga ada kemungkinan mengubah orientasi aliran air permukaan. Sehingga terjadi perubahan morfologi Sungai Satui dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan analisis citra satelit Sentinel-2 MSI perekaman Tahun 2019, setidaknya ada lima lokasi aliran Sungai Satui yang dipindahkan alirannya.

Perpindahan aliran sungai ini terjadi di lokasi pertambangan. Dimana aliran sungai yang sebelumnya berbelok-belok dipindahkan alirannya menjadi lurus. Dampaknya, aliran sungai menjadi semakin pendek dan volume sungai berkurang.

Kondisi morfologi Sungai Satui yang secara alamiah memang berbelok-belok atau banyak terdapat meander. Meander sungai pada umumnya terbentuk ketika aliran sungai menabrak tanah yang lebih keras (batuan).

Secara penutupan lahan sebenarnya kondisi DAS Satui masih cukup bagus, dimana total luasan wilayah berhutan lebih dari 36 persen. Hal ini berdasarkan data penutupan lahan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Tahun 2019.

Sebagian besar hutan terletak di bagian hulu DAS. Hasil pengematan citra satelit Sentinel-2 Tahun 2019, kondisi hutan di bagian hulu Sungai Satui ini masih cukup bagus.

Dalam penelitian tersebut, Dekan Fakultas Kehutanan ULM Dr Kissinger, S.Hut. M.Si, didampingi beberapa tenaga ahli, di antaranya Prof Dr Syarifudin Kadir, Dr Suyanto, Dr Ahmad Jauhari, Dr Rernat Wahyuni Ilham, Dr Badaruddin, Syamani, M.S dan Dr Abdi Fithria.



Komentar
Banner
Banner