bakabar.com, SOLO - Tiga mahasiswa asal Gaza, Palestina dapat bantuan dari UNS Solo. Masing-masing menerima Rp20 juta.
Mereka adalah Hussein Mahmoud Hussein Abutabaq, Doaa Jameel Alramlawi dan Mohammed A.A Abuyounis. Ketiganya mahasiswa S2.
Hussein adalah mengambil jurusan manajemen. Doaa Jameel Alramlawi memilih administrasi publik. Sedangkan Mohammed A.A Abuyounis mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris.
Baca Juga: RS Indonesia di Gaza Palestina Lumpuh Tanpa Listrik
Saat ditemui, Hussein lantas bercerita. Sudah hampir dua pekan ia tak bisa menghubungi adik dan ibunya di Palestina.
"Kemarin paman saya sendiri dibunuh dan meninggal, mati syahid insyaallah. Bahkan yang lainnya rumah dihancurkan bom dan sepupu saya ada tiga yang meninggal," ungkapnya ditemui di UNS, Kamis, (23/11).
Meski begitu, Hussein mengaku baru empat hari lalu bisa menghubungi keluarganya.
"Saya dapat kabar lewat sms, lewat Whatsapp, sama mesengger. Saya sejak keluar dari Gaza belum pulang lagi, karena kondisi pintu Arafah yang susah untuk keluar. Belum tentu kalau sudah balik ke Gaza bisa kembali ke sini untuk kembali studi," terangnya.
Hussein datang ke UNS Solo sejak 2015 lalu. Usai diterima setelah mengajukan beasiswa.
Kata dia, peperangan Israel dan Palestina sangat mengganggu konsentrasinya. Terutama ntuk menyelesaikan kuliah.
"Kalau mau fokus ngerjain tugas, kadang dengar kabar yang tidak baik, tidak bisa lanjut. Kemarin juga pas paman saya meninggal, kabarnya pas saya ada di kamar pas mau belajar tidak bisa fokus," katanya.
Namun Hussein merasa terbantu dengan dukungan dan doa dari temen-temen kuliahnya di Indonesia.
Ia sebenarnya ingin sekali pulang bertemu keluarganya. Tapi situasi tak memungkinkan. Semuanya porak poranda.
"Memang hancur di sana. Gak ada rumah, sekolah, rumah sakit. Semua sudah hancur. Kampus juga hancur. Di sana tidak bisa hidup. Ya menunggu sampai ada kehidupan di sana aman, pulang insyaallah," pungkasnya.
Baca Juga: Dukung Palestina, Pengguna Sosmed Indonesia Hujat Akun Tentara Israel
Senada dengan Hussein. Doaa juga merasa kesulitan menghubungi keluarganya di Gaza. Tiga hingga lima hari sekali baru bisa dihubungi.
"Saya sampaikan juga apresiasi setinggi-tingginya kepada UNS, karena telah memberikan bantuan dan perhatian pada seluruh mahasiswa dari Gaza di UNS," ungkapnya.