bakabar.com, JAKARTA – Terpilihnya Prof Arif Satria sebagai ketua umum Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) periode 2021-2026 diyakini membawa angin segar perkembangan dan perubahan ICMI ke depan.
“Untuk meningkatkan kualitas Imtaq dan IPTEK dan perkembangan era revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, diperlukan figur yang mempunyai leader kompetensi abad ke-21,” ujar Ketua Orwil ICMI Kalimantan Selatan Sultan Khairul Saleh.
Prof Arif Satria terpilih dalam Muktamar & HUT ICMI ke-7. Sosok satu ini dikenal sebagai rektor Institut Pertanian Bogor sekaligus ketua Forum Rektor se-Indonesia
Demikian disampaikan Sultan Khairul Saleh setelah penutupan Muktamar pada Minggu (5/12) siang di Hotel Grand Asrilia Bandung.
Prof Dr Arif Satria adalah lulusan S3 Marine Policy Kagoshima University Jepang (2006), S2 Sosiologi Pedesaan IPB (1999).
Ia adalah dosen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB bidang keahlian: Kebijakan Kelautan dan Perikanan yang juga sedang menjabat sebagai Rektor IPB periode 2017-2022.
Prof Satria juga pernah menjadi Dekan Fakultas FEMA IPB (2010-2017) kemudian turut terlibat dalam penyusunan berbagai kebijakan terkait kelautan dan perikanan termasuk penyusunan UU Perikanan Nomor 31/2004.
Termasuk Revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, Penyusunan konsep Ekonomi Biru, dan sejumlah Peraturan Pemerintah serta Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan.
Selain itu juga menjadi pembicara dalam seminar nasional, lokakarya, dan konfrensi internasional. Beberapa di antaranya sebagai delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi Rio P + 20 yang diselenggarakan oleh PBB di Rio de Jenero, Brasil, pada 2012.
Ia juga pernah menjadi speaker dalam high official forum yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma pada 2019 silam.
Termasuk menjadi Visiting Vellow di University of British Columbia (Canada), penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan, Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB, Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, dan Anggota Dewan Kelautan Indonesia.
Sederet prestasi pernah diraihnya. Seperti, Penghargaan Internasional dan Nasional Dosen Berprestasi III IPB (2007), The First Winner of the JIFRS Yamamoto Prize on Yamamoto Award for the Best Paper at International Institute for Fisheres Economics and Trade (IIFET) Conference (2008).
Pada 2013, Prof Satria juga meraih Penghargaan Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Enam tahun berselang, ia juga mendapatkan Second Winner of the Academic Leader Award selaku Dosen dengan tugas tambahan sebagai Rektor PTNBH (2019).
Sultan Khairul Saleh mengemukakan di mukhtamar ICMI, sempat berkembang pendapat bahwa ada beberapa tokoh ICMI yang akan maju dalam pemlihan Ketua Umum.
Di antaranya Prof Dr Jimly As Siddiqie (Ketua umum periode sebelumnya), H Zulkifli Hassan (Ketua Dewan Pakar ICMI/ Wakil Ketua MPR ), Dr Ing. Ilham Akbar Habibie (Wakil Ketua Umum periode sebelumnya/ Ketua Umum Ikatan Saudagar Muslim Indonesia), Prof Dr M Najib M.Ag.(Ketua ICMI Wilayah Jawa Barat, Muhammad Ja'far Hafsyah (Sekjen ICMI periode sebelumnya).
Namun, setelah pemilihan ternyata Prof Satria-lah yang memenangkan pemilihan sebagai Ketua Umum ICMI.
Lebih lanjut, Sultan yang juga sebagai wakil ketua Komisi III di DPR-RI mengemukakan dalam muktamar khususnya dalam sidang sidang komisi membahas mengenai khitah ICMI ke depan, perubahan AD-RT, serta Garis-Garis Besar Program Kerja, dan berbagai Rekomendasi untuk Pengurus ICMI Pusat periode 2021-2026.
“Sebagai contoh mengenai usia Calon Ketua Umum ICMI berusia tidak lebih 60 tahun, serta Calon Ketua Umum tidak boleh merangkap sebagai Ketua Umum Partai, namun untuk jabatan-jabatan Wakil Ketua Umum, Dewan Pakar, Dewan Penasihat, atau Dewan Pembina, termasuk Ketua ICMI Wilayah, Orwil, Orda, dan Orsat tidak menjadi masalah,” ujarnya.
Hal yang menjadi pembahasan lain, yakni pengembangan ekonomi syariah agar lebih ditingkatkan lagi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan kompetensi global seperti IT, hingga digital marketing.
“Selain itu masalah iklim global akhir-akhir ini menimpa berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia seperti pemanasan global, banjir, angin badai, air pasang dll yang berdampak pada berbagai segi kehidupan, perlu dikaji dan diantisipasi secara serius,” pungkas Sultan Banjar.