bakabar.com, PALANGKA RAYA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalteng Khairil Anwar terpapar Covid-19 masih menjalani isolasi mandiri sejak terpapar 3 Juli lalu.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya ini menyampaikan pengalamannya terpapar virus corona.
Tak dipungkirinya, menurutnya masih ada yang belum mempercayai adanya Covid-19. Tetapi hal itu adalah hak mereka.
Namun ia berharap mereka tetap sehat dan tidak terkena Covid-19 selama pandemi (wabah) ini.
“Tapi, saya punya hipotesis pada saatnya nanti setiap orang akan merasakan gilirannya juga terkena Covid-19 ini baik di saat pandemi atau endemi nantinya,” ujarnya.
Hanya, gejalanya berbeda-beda pada setiap orang yang terpapar Covid-19, dan tentu berbeda pula dengan gejala flu biasa yang sering dialami selama ini.
Oleh karena itu, kata dia, mengikuti vaksinasi dan menjaga protokol kesehatan adalah ikhtiar lahir dan ilmiah untuk tidak terkena.
Selain tetap ikhtiar batin dengan berdoa meminta perlindungan dari Tuhan.
Meskipun sudah berikhtiar lahir dan batin, lalu terkena Covid-19, tentu sikap pertama dan utama yang sangat diperlukan adalah sikap bersabar dan ikhlas menerima takdir.
“Kita percaya, boleh jadi ini adalah cara Allah swt memberikan surat cinta kepada kita, agar kita lebih dekat kepada-Nya,” ucapnya.
Bagi yang isolasi mandiri di rumah selama terpapar Covid-19, agaknya mempunyai pengalaman sendiri-sendiri. Karena memang Covid-19 punya banyak gejala, ada yang OTG ringan, sedang, dan berat.
Sedangkan ia memutuskan isolasi mandiri di rumah karena gejalanya dinilai ringan seperti batuk kering, hilang indra mencium dan pengecapan.
Namun gejala ringan yang cukup berat selama dua hari adalah rasa mual, muntah, dan yang dirasakan agak susah bernafas sehingga makanan yang ingin dimakan terasa tidak ada yang mengenakkan.
“Tapi, makanan itu harus kita makan meskipun mual,” tuturnya.
Khairil selalu mengikuti saran dan nasihat dalam mengatasi Covid-19, terutama dari Direktur RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya drg Yayu Indrianty, agar sering-sering makan meskipun sedikit, minum air hangat, dan rilek.
Berbagai ikhtiar lahir, telah dilakukannya, diantaranya, olah raga, berjemur, mengisap uap air yang dicampur minyak kayu putih, makan buah-buahan.
Tidak kalah pentingnya adalah kiriman doa dan semangat dari kawan dan sahabat. Bantuan kiriman makanan, buah-buahan dan obat-obatan dari keluarga.
Selama terpapar Covid-19, ia lebih senang memaksa makan pisang kepok dan ubi jalar yang direbus dan dicampur dengan madu, sehingga terasa manisnya. Disamping itu tambah dengan air Jahe hangat bercampur gula aren.
Memang betul, ketika berpikir negatif, maka respon tubuh semakin berkeringat dingin lalu muncul gejala sakitnya semakin bertambah.
Tentu hal itu diatasi dengan ikhtiar batin dengan banyak berdoa, beristighfar, bersalawat, baca Alquran, dan rutin berzikir di pagi hari, dan bersyukur.
Agaknya, tidaklah mudah mengalihkan pikiran negatif ke pikiran positif, kecuali orang yang biasa berzikir dan membaca wirid dan latihan pernafasan (yoga).