News

Tenang, Menkes Ungkap Cacar Monyet di Indonesia Tipe Tidak Fatal

apahabar.com, DENPASAR – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat untuk tetap tenang menyikapi temukan…

Featured-Image
Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox. Kasus pertama penularan cacar monyet dari manusia ke anjing ditemukan di Paris, Perancis. Foto-Shutterstock via Kompas.com

bakabar.com, DENPASAR – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat untuk tetap tenang menyikapi temukan kasus perdana penyakit cacar monyet atau monkeypox di Indonesia.

Ia mengatakan, karakter virus cacar monyet tidak seganas SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Menurut Menkes Budi, saat ini ada dua tipe virus cacar monyet yang beredar secara global, yakni berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah.

“Yang satu fatal, dan satu tidak fatal. Di Indonesia termasuk yang tidak fatal karena pasiennya masih baik-baik saja,” ujar Menkes Budi, dalam agenda konferensi pers 3rd HWG di Nusa Dua Bali, seperti dilansir Antara, Senin (22/8).

Pemeriksaan genome sequencing pada pasien pertama cacar monyet masih dilakukan. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan tipe cacar monyet seperti apa yang menginfeksi pasien tersebut.

Sebagian besar yang terjadi di Eropa dan Asia adalah cacar monyet dengan tingkat fatalitas rendah.

“Teman-teman tidak usah terlalu khawatir karena fatalitas rendah masuk rumah sakit dan meninggalnya bukan gara-gara virusnya tapi secondary infection,” ujarnya.

Penyebab utama kematian dipicu bakteri dari garukan jari maupun tangan yang menginfeksi jaringan paru-paru atau otak.

“Akibatnya karena infeksi kulit. Saat gatal, digaruk dan infeksi masuk ke dalam tubuh dan kena bakteri. Di paru biasanya karena pneumonia, atau meningitis di otak karena bakteri. Bukan karena infeksi kulit cacar monyet,” katanya.

Budi meyakini masyarakat yang lahir sebelum era vaksinasi cacar pada 1980 memiliki tingkat antibodi yang lebih kuat dari masyarakat yang lahir setelahnya.

“Virus cacar monyet, vaksinasinya sampai 1980 dan itu berlaku seumur hidup. Untuk yang sudah lahir sebelum tahun itu, harusnya masih terproteksi [dari cacar monyet], mungkin tidak 100 persen,” katanya.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan, siapa pun bisa tertular cacar monyet. Kendati demikian, risikonya berbeda-beda.

“Siapa saja, umur berapa saja, dan jenis kelamin apa saja bisa terinfeksi cacar monyet. Namun, risikonya berbeda-beda setiap orang atau kelompok,” ujarnya.

Kelompok yang berisiko terbesar terpapar cacar monyet adalah gay, biseksual, atau pria yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki.

Ini termasuk pekerja seks laki-laki atau perempuan karena melakukan hal yang berisiko untuk tertular cacar monyet karena kontak dengan orang yang tak dikenal, kontak intim, kontak erat meski menggunakan pengaman kondom.

Sebab, cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual melainkan penyakit kulit dan kontak tubuh akan menularkan virus ini.

Daerah waspada

Wali Kota Bandung Yana Mulyana meminta warganya berhati-hati. Yana menyebut sejauh ini belum menerima laporan kasus cacar monyet di Kota Bandung, Jawa Barat. Ia pun berharap tidak terdapat masyarakat yang terpapar.

Namun, ia minta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan. “Pola hidup bersih dan prokes tetap, itu (penyebaran) dari manusia ke manusia,” katanya.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga memastikan di daerahnya belum ditemukan kasus cacar monyet. Ia mengimbau warga Jawa Timur tetap tenang dam selalu mematuhi protokol kesehatan.

“Alhamdulillah di Jatim belum ada kasus yang teridentifikasi dan semoga virus tersebut tidak sampai ke sini. Tapi bukan berarti kita bisa menyepelekan. Saya mengimbau agar masyarakat tetap tenang sambil menjalankan protokol kesehatan,” kata Khofifah di Surabaya, Senin (22/8).



Komentar
Banner
Banner