Kalsel

Teka-Teki Operasi Senyap Densus 88 di Sungai Tabuk, Tenggat Waktu Tersisa Hitungan Hari

apahabar.com, BANJARMASIN – 18 hari sudah kabar penangkapan A (24) oleh Densus 88. Sampai kini keberadaan…

Featured-Image
Densus 88 tengah masif melakukan perburuan terhadap anggota JAD, organisasi yang dicap pemerintah sebagai jaringan teroris paling aktif saat ini. Foto: Ist

"Ya, informasinya gara-gara foto lama di media sosial itu," ujar E kepada bakabar.com, baru tadi. Kali terakhir, E masih dibuat bertanya-tanya mengenai keberadaan adik iparnya itu.

Lantas siapakah sosok dalam foto yang bersama A tersebut? Pihak keluarga belum mengetahui. Selama ini, A hanya numpang menginap di rumah E. A sehari-hari bekerja menemani E berjualan ponsel.

Kemarin dia ditangkap saat tertidur usai salat subuh," ujar

A dikenal sebagai sosok pendiam. Sangat jarang melakukan interaksi. Sekalipun dengan keluarga sendiri. A biasa keluar hanya untuk melakukan ibadah berjemaah di masjid.

"Kalau ke rumah sini biasanya datang, makan, tidur. Sangat jarang interaksi bahkan cerita kesehariannya di luar," ungkap E.

Hanya saja, yang E tahu A memang ikut bergabung dalam salah satu organisasi. "Organisasinya tidak terdaftar pemerintah," ujar E.

A diamankan beserta sejumlah barang. Seperti celana, baju loreng-loreng lengkap dengan embel-embel identitas salah satu organisasi, kacamata, hingga buku rekening.

Dalam setahun terakhir, sudah 2 kali tim antiteror menggelar operasi khusus di Bumi Lambung Mangkurat. Sebelum A, Densus menangkap seorang pemuda berinisial NR (22), warga Kuin, Banjarmasin, Desember 2021.

Apakah penangkapan A dan NR saling berkaitan? Berbeda dengan A, Densus sendiri sudah mengonfirmasi jika NR diduga kuat terafilisasi dengan Jamaah Ansharut Daulah.

NR diduga berperan dalam rencana pembelian senjata. Dan sejumlah persiapan-persiapan pelatihan fisik JAD di Sampit, Kalteng. Mahasiswa semester akhir ini disebut-sebut tergabung dalam grup salah satu media sosial bersama anggota jaringan JAD lainnya.

Melihat perkembangan sel teroris yang paling aktif saat ini, Al-Chaidar, aktivis salah satu faksi Darul Islam sekaligus pengamat terorisme, menduga kuat A terafilisasi JAD.

"Ya, sepertinya [terkait] JAD," ujar dosen Antropologi, Universitas Malikusssaleh, Aceh ini.

Apa kiranya faktor yang membuat JAD masih terus berkembang? JAD, kata Chaidar, bukanlah organisasi sembarangan. Sel terorisnya tak pernah tidur, sekalipun pemerintah telah melarangnya pada 2018. Dan sang pemimpin, Aman Abdurahman telah divonis mati.

JAD, kata Chaidar, kini sudah berkembang di 20 provinsi Indonesia. Termasuk Kalsel dan Kalteng. Jika Jemaah Islamiah (JI) menarget orang asing, JAD lebih menyasar sipil dan polisi. Perbedaan lainnya, rekrutmen JAD lebih longgar ketimbang JI.

"Siapa saja bisa jadi JAD asal mau Jihad. Mereka yang berpendidikan rendah sekalipun," ujar Chaidar.

Lantas, mengapa Kalsel? Apa potensi yang dilihat JAD?

Kalsel, menurut Chaidar, bisa saja menjadi basis JAD yang cukup besar selama JAD bisa merekrut massa yang tidak berwawasan agama. Lewat pengajian tersembunyi satu per satu, misalnya. Atau pengajian eksklusif yang paling banyak hanya melibatkan satu keluarga.

Sekali lagi, menurut Chaidar, JAD adalah organisasi klandestin yang memanfaatkan orang orang yang kurang berilmu pengetahuan agama sehingga mudah dijanjikan surga dengan cara cara khawarij.

"Kalsel adalah wilayah yang selama ini belum digarap. Tapi, ini hanya wilayah rekrutmen sementara saja. Bukan yang utama. Agak sulit membuat jadi seperti Marawi [Zona konflik di Filipina] karena Kalsel adalah wilayah dengan tingkat pendidikan yang rata rata tinggi dan tercerahkan," ujar Chaidar.

Peta Sebaran JAD

Pamit Terakhir Pesilat Banjarmasin yang Ditangkap Densus 88

Peta migrasi kelompok JAD berawal pada 1998 ketika sejumlah kombatan menyeberang dari Malaysia menuju Jawa, Maluku, Sumatera hingga Nusa Tenggara Barat.

Malaysia yang hanya berbatasan laut dengan Nunukan di Kalimantan Utara tepatnya Sabah menjadi rute pilihan para militan Indonesia memasuki Filipina Selatan yang kerap dijadikan kamp pelatihan militer para kombatan ISIS.

Dua tahun berselang, lanjut Chaidar, pola migrasi JAD berkembang ke Maluku kemudian Poso hingga Papua. Baru 10 tahun kemudian sel-sel jaringan JAD mulai tumbuh di Aceh hingga Kalimantan Timur, Sumut, Sumbar dan Banteng.

Dari Kaltim inilah kemungkinan besar paham JAD berkembang hingga Kalimantan Selatan. Medio November 2016 silam Densus 88 pernah menangkap seorang tokoh JAD bernama Juhanda alias JO. Ia adalah pelempar bom molotov ke Gereja Oikumene di Samarinda.

"Biasanya mereka berkembang melalui daerah-daerah sekitarnya seperti Balikpapan dan Pontianak," ujar Chaidar.

Tak hanya Kaltim, Al-Chaidar juga menyebut kemungkinan rute lain kelompok JAD masuk ke Kalsel.

"Kalsel dan Kalteng adalah daerah baru yang merupakan wilayah persebaran dari JAD, dan ini masuknya melalui daerah-daerah sekitarnya atau dari Jawa dan Sumatera," ujar aktivis Darul Islam ini.

Sebagai antisipasi, Chaidar meminta para orang tua memperkuat jalinan keakraban dengan semua anggota keluarga guna menangkal paham JAD.

"Perlu saling sayang dan saling peduli satu sama lain agar tidak "diculik" oleh organisasi khawarij yang suka mengkafirkan sesama muslim dan juga suka mem-bidah-kan hal-hal kecil dan tradisi yang bukan masalah akidah," pungkas Chaidar.

Dilengkapi oleh Syaiful Riki

Komentar
Banner
Banner