Nasional

Tanpa Bakar Lahan, Kebun Jeruk Petani di Rantau Badauh Berbuah Lebih Lebat

Ali Syahbana berjalan mengitari kebun jeruknya yang berada di Desa Sungai Pantai, Kecamatan Rantau Badauh, Barito Kuala (Batola), Kamis (9/11).

Featured-Image
Pohon jeruk di kebun milik Ali Syahbana berbuah lebih cepat dengan metode MTOT. Foto: apahabar.com/Riyad.

bakabar.com, BANJARMASIN - Ali Syahbana berjalan mengitari kebun jeruknya yang berada di Desa Sungai Pantai, Kecamatan Rantau Badauh, Barito Kuala (Batola), Kamis (9/11).

Mayoritas dari tanaman jeruk di kebun seluas satu hektare milik Ali itu sudah rimbun berbuah dan siap untuk dipetik.

Ali mengaku senang, karena di tahun ini, pohon-pohon jeruk itu lebih cepat berbuah serta lebat dari sebelumnya.

Menurutnya itu berkat dari metode tanam mulsa tanpa olah tanah (MTOT) yang mulai diterapkannya sejak Agustus 2022.

"Penerapan metode ini lebih mempercepat pohon berbuah, juga lebih banyak," kata Ali.

Baca Juga: Cegah DBD, Bupati Kotim Ajak Masyarakat Aktif Gotong Royong Berantas Sarang Nyamuk

Metode MTOT ini mengandalkan penggunaan lapisan penutup organik pada tanah, seperti jerami ataupun rumput kering yang ditutupkan ke atas lahan.

"Jerami sisa panen padi saya angkat dan selubungkan ke lahan yang ditanami jeruk. Sehingga saya juga tidak perlu membakar lahan bekas padi," ujarnya.

Di samping ramah lingkungan, metode ini juga lebih ekonomis, karena mengurangi penggunaan pupuk kimia. Serta mampu menekan atau bahkan menghilangkan penggunaan alat mesin pertanian untuk mengolah tanah.

"Karena jerami-jerami yang ditutupkan ke lahan itu sudah menjadi pupuk alami dan menjaga lahan tetap lembab di musim kering," bebernya.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sungai Pantai, Sapiah mengatakan, tugas pihaknya adalah memotivasi petani memanfaatkan jerami sisa hasil dari bertanam padi, agar tidak membakar lahan

Beruntung, keinginan pihaknya rupanya 'berjodoh' dengan program Udara Bersih Indonesia (UBI), diperkenalkan oleh Yayasan Field Indonesia pada tahun 2021.

Menurutnya, program ini sangat bermanfaat dan membantu para petani, karena lebih ekonomis.

"Yang dulunya memakai hampir 2 ton untuk 1 hektar pupuk kimia, kini jauh berkurang. Hampir 60 persen," terangnya.

Baca Juga: Gegara Alur Dangkal, Nelayan Tala Tak Bisa Cepat Jual Ikan

Melihat kebermanfaatan ini, Sapiah berkeinginan untuk sosialisasi program ini akan lebih diluaskan.

"Kami ingin menyampaikan informasi ini kepada seluruh petani, tidak hanya di desa kami," janjinya.

Fasilitator Yayasan FIELD Indonesia di Kalsel, Suhada mengatakan, pertanian dengan metode MTOT diperkenalkan kepada petani di Kalsel pada 2021.

"Kita implementasikan di lapangan pada 2022. Dengan metode ini, petani jadi lebih untung. Karena sangat murah dan mudah. Dan yang terpenting tidak membakar lahan," tekannya.

Di Kalsel, metode ini sudah dikenalkan kepada petani-petani di 3 kabupaten/kota, yakni Batola, Banjar, dan Banjarbaru.

"Metode ini bertujuan untuk menjaga lingkungan dan pertanian berkelanjutan. Kehidupan kita akan lebih panjang apabila mengonsumsi bahan pangan yang dihasilkan tanpa pupuk kimia dan pestisida,” tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner