bakabar.com, JAKARTA – Meski tidak setenar RA Kartini, terdapat sederet alasan yang membuat Rohana Kudus didapuk menjadi Google Doodle Indonesia, Senin (8/11).
Nama Rohana Kudus atau Roehana Koeddoes memang terdengar asing. Namun kontribusi untuk perjuangan kaum perempuan di Tanah Air, tidak kalah besar.
Rohana Kudus lahir di Kotagadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Desember 1884. Memiliki nama asli Siti Ruana, Rohana Kudus merupakan putri pasangan Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam.
Rohana Kudus juga kakak tiri Perdana Menteri Indonesia pertama, Soetan Sjahrir, serta bibi penyair Chairil Anwar.
Tidak mengecap pendidikan formal, Rohana tetap belajar membaca dan menulis dari sang ayah yang merupakan seorang wartawan.
Melalui buku-buku yang dibawa sang ayah ke rumah, Rohana menguasai Bahasa Belanda, Arab, Latin, dan Arab Melayu.
Terlebih ketika sang ayah berpindah tugas ke Alahan Panjang, Rohana Kudus bertetangga dengan istri pejabat Belanda yang suka rela mengajari menjahit, merajut dan menyulam.
Setelah sang ibu meninggal pertengahan 1897, Rohana kembali ke Koto Gadang. Dengan keahlian kerajinan tangan yang dimiliki, Rohana mengajari gadis-gadis Koto Gadang.
Tak hanya mengajar kerajinan tangan, Rohana juga mengajar membaca Alquran, meski baru berusia belasan tahun.
Menginjak usia 24 tahun, Rohana menikah dengan seorang notaris bernama Abdul Kudus. Pernikahan itulah yang membuat Siti Ruana lebih dikenal dengan nama Rohana Kudus.
Selain di bidang pendidikan, Rohana juga berjuang melalui tulisan yang diterbitkan melalui surat kabar Sunting Melayu sejak 1912.
Berkat kontribusi Rohana, Sunting Melayu pun menjadi koran perempuan pertama di Tanah Air.
Melalui beragam tulisan, Rohana menggambarkan kegundahan dalam melihat realita perempuan yang masih terjepit dalam pemikiran sempit.
Melalui Sunting Melayu pula, kiprah Rohana mulai dikenal luas. Tak mengherankan kalau Pemprov Sumatera Barat menobatkan Rohana sebagai wartawati pertama di Minangkabau.
Sementara sejak 2018, Pemprov Sumatera Barat mengajukan Rohana sebagai pahlawan nasional, tapi belum membuahkan hasil.
Akhirnya sejak 8 November 2019), Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, termasuk Rohana Kudus.