News

Tahlil Peringatan Haul Gus Dur Diselenggarakan Serentak di 6 Pondok Pesantren

Haul Gus Dur merefleksikan pembaruan yang dilakukannya melalui caranya berpikir dan memandang kehidupan dari perspektif yang kaya.

Featured-Image
Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid, putri sulung KH Abdurrahman Wahid saat membuka Haul ke-13 Gus Dur di kediaman Ciganjur, Sabtu (17/12). (Foto: apahabar.com/Kindy Arrazy)

bakabar.com, JAKARTA - Pembacaan doa dan tahlil bersama Haul KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selain diselenggarakan Ciganjur, juga diselenggarakan secara serentak di enam pondok pesantren lainnya secara hybird, Sabtu (17/12).

Ketua Panitia Haul ke-13 Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh mengatakan tema 'Gus Dur dan Pembaharuan NU' yang dipilih pada Haul Gus Dur ke-13 ini sesungguhnya dapat ditelusuri di keenam pondok pesantren yang meninggalkan jejak pemikirannya.

Keenam pondok pesantren tersebut di antaranya Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, Ponpes Krapyak Yogyakarta, Ponpes Cipayung Tasikmalaya, Ponpes Lirboyo Kediri, Ponpes Darussalamah Lampung Timur, dan Ponpes Qomarul Huda Bagu NTB.

"Jejak lakunya menjadi teladan sosok yang multidimensi, pemikir, pembela hak asasi manusia dan demokrasi," katanya dalam Haul Gus Dur ke-13 di Ciganjur.

Baca Juga: Haul ke-13, Gus Dur dan Pembaruan NU Merefleksikan Gagasan Besar Kebangsaan

Alissa yang juga putri sulung Gus Dur mengungkapkan tahlil yang dipimpin Katib A'am PBNU KH Said Asrori dipusatkan di kediaman Ciganjur. Tahlil juga diselenggarakan di keenam pondok pesantren ternama di Indonesia.

Pertama, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, Gus Dur pertama kali terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Di Muktamar NU ke-27 pada 1984, Gus Dur terpilih karena menjadi gerbong lokomotif pembaruan NU dengan mengembalikan arah perjuangan NU agar kembali ke Khitah NU 1926.

Kedua, Muktamar NU ke-28 pada 1989 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Gus Dur kembali terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU kedua kalinya. Di muktamar ini, mulai terasa nafas pembaruan Gus Dur yang kritis dengan mengganti ucapan Assalamualaikum menjadi selamat pagi, selamat siang, selamat malam dan lainnya.

Baca Juga: Mengenang Lagi Sosok Hoegeng, Polisi Jujur dalam Kelakar Gus Dur

Adapun yang ponpes ketiga di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya yang menjadi lokasi Muktamar NU ke-29 pada 1994. Di muktamar ini, Gus Dur kembali terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU setelah menang tipis. Muktamar di Cipayung ini menjadi muktamar paling mencekam, sebab Orde Baru bersikeras agar Gus Dur lengser dari kepemimpinan PBNU yang dianggapnya berbahaya bagi kekuasaan saat itu.

"Disusul Muktamar NU ke-30 diselenggarakan Ponpes Lirboyo merupakan muktamar saat Gus Dur menjadi presiden," ujarnya.

Sedangkan dua ponpes lainnya seperti Ponpes Darussalamah Lampung Timur, dan Ponpes Qomarul Huda Bagu NTB menjadi lokasi Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU yang membahas isu-isu kontemporer seperti penguatan civil society, bentuk negara, pengarusutamaan HAM dan demokrasi, dan kesetaraan gender.

Editor


Komentar
Banner
Banner