Nasional

SMKN 1 Simpang Empat Gelar Workshop Lagi, Bahas FYP TikTok, Bullying hingga UU ITE

SMKN 1 Simpang Empat kembali menggelar workshop literasi pada Rabu (8/11). Kali ini mengambil tema "Produktif di Media Sosial, Aman, dan Beretika."

Featured-Image
SMKN 1 Simpang Empat di Tanah Bumbu kembali menggelar workshop literasi, Rabu (8/11).

bakabar.com, BATULICIN - SMKN 1 Simpang Empat di Tanah Bumbu kembali menggelar workshop literasi, Rabu (8/11). Kali ini mengambil tema 'Produktif di Media Sosial, Aman, dan Beretika'.

Kegiatan yang berlangsung di aula sekolah dibuka secara langsung oleh Kepala SMKN 1 Simpang Empat, Amran Ali. Sementara narasumbernya adalah redaktur bakabar.com, Puja Mandela.

Kegiatan tersebut juga dihadiri sejumlah guru Bahasa Indonesia, di antaranya Nur Rahmah, Mustikasari, dan Wahyuni.

Hal yang menjadi fokus dalam kegiatan tersebut adalah soal rentannya pelajar terjerat Undang-Undang ITE. Karenanya, Puja Mandela mengingatkan kepada ratusan pelajar yang hadir untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial.

"Karena pelajar ini sangat rentan. Ada banyak remaja yang terjerat UU ITE hanya karena komen iseng di medsos," katanya.

Dalam sembilan tahun terakhir, hampir 400 orang yang sudah terjerat UU ITE. Sebagian besar di antaranya adalah pelajar. Menurut dia, jika sudah terjerat hukum, tak hanya pelajarnya saja yang rugi, tetapi juga keluarga dan nama baik sekolah.

"Para guru yang mendidik juga pasti kena imbasnya," katanya.

Sementara guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Simpang Empat, Nur Rahmah, ikut menyoroti aksi bullying yang kerap terjadi di sekolah. Terkait hal ini, Puja Mandela meminta peserta untuk fokus melakukan hal-hal yang positif, termasuk gim online, selama tidak mengganggu jadwal belajar.

"Lebih baik membahas kekalahan Manchester United, misalnya. Atau main Mobile Legends dan melakukan hal-hal yang lain daripada sibuk berkomentar yang buruk di medsos atau malah membully teman," jelas pria yang sudah 13 tahun menjadi jurnalis itu.

Pada kesempatan itu, Puja Mandela juga banyak berbicara soal situasi media sosial hari ini, saat Facebook makin tak diminati Gen Z, TikTok yang makin menjadi primadona, dan makin digemarinya video-video pendek.

Itu terbukti dalam survei yang dilakukan, lebih dari 60 persen peserta adalah pengguna TikTok. Dari sana mereka kerap menonton apa saja yang sedang banyak dibicarakan, termasuk film Saranjana yang belakangan sering menjadi FYP (from your page) di akun TikTok mereka.

"Apa di sini ada yang sudah menonton film Saranjana?" tanya Puja kepada audiens.

"Beluuuum," jawab mereka, kompak.

Tidak tersedianya bioskop di Tanah Bumbu tentu menjadi kendala untuk menonton film tersebut. Akhirnya mereka hanya bisa melihat sejumlah review film Saranjana di TikTok.

Kepala SMKN 1 Simpang Empat, Amran Ali, menyambut antusias workshop ini. Dia juga ikut bercerita pengalamannya yang sering membagikan pengalaman positifnya di beranda Facebook.

"Saya hanya membagikan hal yang positif saja. Hal yang negatif tidak pernah saya bagikan," ucapnya.

Sementara guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Simpang Empat, Nur Rahmah, menilai cara berbicara siswa saat ini sering kali tanpa filter.

"Siswa juga perlu mengetahui apa saja dampak yang akan dirasakan apabila sembarangan berkomentar di media sosial. Mengingat ke depannya siswa nanti juga akan menjadi bagian dari masyarakat, jadi perlu sekali untuk bisa berbicara dengan baik, agar nanti tidak mendapatkan masalah ketika sudah lulus dan menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya," katanya.

Workshop berlangsung kurang lebih satu setengah jam dan ditutup dengan foto bersama.

Editor


Komentar
Banner
Banner