bakabar.com, BANJARBARU – Siswi SMAN 1 Banjarbaru, Regina lolos seleksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional.
Ia sudah bertolak ke Jakarta sejak akhir Juli lalu untuk mengikuti pelatihan di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Cibubur Jakarta Timur sebagai persiapan upacara kenegaraan pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus mendatang.
Minim pengalaman, dan cukup dalam 6 bulan latihan, Regina mampu lolos.
Namun perlu digarisbawahi, lolosnya Regina pada seleksi nasional tak lepas dari peran penting guru atau pembinanya di sekolah.
“Regina kelas 11 MIPA, berangkat ke nasional akhir Juli. Sejak dia masuk ke SMAN 1, pas itu pandemi jadi tidak ada event paskibra, dia murni latihan dari sekolah saja. Selama ini persiapan dari sekolah. Dari sisi kesehatan saya komunikasikan dengan orang tua,” ujar Pembina Ekstrakurikuler Paskibra SMA 1 Banjarbaru, Katrin Cahyani kepada bakabar.com, Kamis (12/8)
“Terakhir kita berkegiatan beberapa bulan lalu, tapi sekarang tidak karena pandemi berat jadi kita terkendala itu,” lanjutnya.
Katrin sendiri sudah membina paskibra SMAN 1 Banjarbaru sejak tahun 2000 silam.
Katanya Katrin, latihan paskibra di SMAN 1 Banjarbaru saat pandemi ini hanya terlaksana selama 6 bulan, itu pun sebelum tahun ajaran baru.
“Untuk kegiatan kemarin belum ada PPKM, kita masih bisa laksanakan, tapi itu juga tidak bisa melibatkan banyak orang, harus ada prosedur izin orang tua dan prokes ketat. Kami coba latihan pakai prokes ketat, pakai face shild, masker, jaga jarak, Handsanitizer, cuci tangan,” jelasnya.
Itu katanya, agar siswa-siswi tetap berkegiatan.
“Alhamdulillah, anaknya mudah diatur, walaupun aktifitas cuma selama 6 bulan alhamdulillah sempat berkegiatan,” katanya.
Dari sana, Regina dan beberapa murid lainnya mendapat latihan singkat paskibra. Berbekal itu, mereka mengikuti seleksi berbagai tingkat.
“Tiap tahun ada seleksi, seleksi dari tingkat sekolah, kabupaten atau kota dan masuk provinsi. Kami kemarin seleksi tingkat kota terpilih 10 orang tapi yang masuk seleksi 7 orang, kemudian masuk provinsi 1 orang, lalu seleksi nasional dan lolos,” terang Katrin.
Dengan begitu, resmi Banjarbaru mengirimkan kontigennya di tingkat nasional.
“Kalau yang mewakili provinsi itu ada 2, informasinya yang putera ada dari kabupaten Banjar, dan puteri itu Regina dari Banjarbaru,” tuturnya.
Lantas, berapa total siswa-siswi SMAN 1 Banjarbaru yang mampu menembus kancah nasional dalam hal paskibra?
“Gak terhitung sebenarnya, kami tahun 2009, 2010, 2011 itu sempat mengirim 4 kali kalau gak salah, itu sebelumnya juga sudah ada yang ke nasional jadi gak kehitung, kita sudah lumayan sering, karena paskibra ini event nya tahunan,” ucapnya.
Bahkan, lanjutnya pada 2009 SMAN 1 Banjarbaru malah mengirim sepasang yakni putra dan putrinya ke nasional.
“Juga pernah sekali kita yang membawa Baki,” tambahnya.
Apa rahasianya hingga mampu mengantarkan siswanya ke tingkat nasional?
“Paskibra itu banyak unsur ya, Harus ada pelatih, pembina, kalau semuanya itu baik insyaallah hasilnya baik. Kami juga mengingatkan anak-anak kalau target kami ga selalu seleksi nasional tapi kan pembinaan pada siswa, pengembangan wawasan baik secara fisik, mental, jadi keluar SMAN 1 jadi paket komplit siap ke jenjang lebih tinggi,” paparnya.
Dalam pelatihan singkat kala Pandemi, Katrin merangkap tugas, selain menjadi pembina juga menjadi pelatih. Ini, karena pelatih paskibra SMAN 1 Banjarbaru yang merupakan alumni, memiliki kesibukan masing – masing terlebih kondisi saat ini sulit untuk berkegiatan di luar rumah.
“Saya lebih tepatnya pembina tapi berperan ganda jadi pelatih juga. Jadi saya melibatkan senior (kakak kelas) untuk melatih. Sambil saya mengkoreksi kekurangan – kekurangannya nanti dibetulkan jadi kita berbagi dengan anak – anak supaya proses latihannya benar. Kami mulai kegiatan jam 7 pagi sampai 11 siang, ada jeda istirahat jam 9,” detailnya.
“Berhasil ke Nasional itu karena semuanya kerja sama, karena kita ada porsinya masing-masing, kita terlibat positif, sharing dari senior kakak kelas ke adik adiknya, bukan cuma tanggung jawab kami sebagai pembina, tapi kakak-kakak seniornya juga,” sambungnya.
Selain menjemput bola langsung, ia mendisiplinkan siswanya itu dalam hal waktu.
“Kami dalam latihan 6 bulan itu, seminggu dua kali, itu sang tungguin sendiri dari jam 7, saya awasi dari ketepatan waktu, latihan PBB-nya, cara komunikasi, dan gerakan, semuanya kami amati dan arahkan. Anak – anak semua punya potensi. Tinggal kitanya bagaimana mengarahkan,” tuntasnya.