bakabar.com, JAKARTA – Setelah ‘teraniaya’ sepanjang 2018 lalu, rupiah kembali membaik pada awal-awal 2019. Dilansir CNBC Indonesia, mata uang Tanah Air mulai menemukan bentuk permainan terbaiknya dan menguat tajam di hadapan dolar AS.
Pada Senin (7/1/2019) pukul 09:12 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.100. Rupiah menguat signifikan 1,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 1,99% terhadap dolar AS dan menjadi yang terbaik di Asia. Pagi ini, penguatan rupiah juga menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Baca Juga:Awal 2019, Rupiah Rawan 'Digoyang'
Apa yang terjadi sampai memasuki pekan kedua 2019 berkebalikan dengan 2018, di mana rupiah teraniaya. Selama 2018, rupiah melemah 7,07% terhadap greenback. Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua di Asia, hanya lebih baik dari rupee India.
‘Cedera’ panjang yang dialami rupiah pada 2018 sepertinya mulai pulih. Pada awal 2019, rupiah bermain apik dan menguat tajam bahkan menjadi yang terbaik di Asia. Sejak awal tahun, meski baru berumur sepekan, rupiah sudah menguat 1,91%. Rupiah menempati puncak klasemen mata uang Benua Kuning.
Runtuhnya kekuatan dolar AS membuka ruang bagi penguatan mata uang Asia, termasuk rupiah, menjadi terbuka lebar. Sejak awal tahun, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,16%.
Rupiah yang sudah terkoreksi cukup dalam pada 2018 memiliki peluang untuk mengalami technical rebound. Harga rupiah yang sudah murah membuatnya menarik di mata investor sehingga mendorong aksi borong yang membuat nilainya menguat tajam.
Morgan Stanley, lembaga keuangan asal AS, baru-baru ini menaikkan peringkat untuk saham-saham pasar negara berkembang dari underweight menjadi overweight untuk 2019. Pasar di Asia telah menyentuh posisi terendahnya pada akhir Oktober atau awal November 2019 sehingga ruang untuk menguat menjadi sangat besar.
Baca Juga:Rupiah Tutup 2018 dengan Gaya
Namun 2019 masih panjang. Rupiah tidak boleh berpuas diri dengan posisi yang sekarang. Berbagai tantangan, utamanya perlambatan ekonomi global, masih terbentang ke depan.
Sumber: CNBC Indonesia
Editor: Fariz Fadhillah