bakabar.com, JAKARTA – Sempat perkasa di Asia, kini rupiah kembali melemah. Dilansir dari CNBC Indonesia, dibuka flat di level Rp 14.025 / dolar AS, rupiah kini turun 0,25% di pasar spot ke level Rp 14.060 / dolar AS.
Pergerakan rupiah sejati-nya senada dengan mata uang negara-negara kawasan Asia yang juga menentang dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam.
Damai dagang AS-China yang belum pasti membuat pasar memilih untuk memeluk dolar AS sebagai safe haven . Dalam beberapa hari terakhir, optimisme perlindungan pasar atas AS-Tiongkok membuncah lantaran Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperpanjang periode gencatan senjata bidang perdagangan dengan China.
Baca Juga: Cadangannya 1,8 Miliar Ton, Tambang Freeport Bisa Produksi hingga 2051
Sejatinya jika periode gencatan senjata tak diperpanjang, bea masuk untuk produk impor asal Cina senilai US $ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.
Namun, optimisme meluncurkan pasar memudar, mengundang pengakuan dari Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang merupakan tokoh kunci dari perundingan perdagangan AS-Cina. Berhadapan di Komite House Ways and Means, Lighthizer memutuskan untuk melakukan negosiasi apa pun yang akan mengubah hubungan perdagangan AS-China.
“Kenyataannya adalah tantangan yang harus diselesaikan dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk mempercayai satu negosiasi yang bisa diselesaikan,” kata Lighthizer, mengutip Reuters.
Kapan AS-Cina sampai batal mencapai kesepakatan perdagangan, lanjut Lighthizer, maka menyatakan tidak akan segan untuk kembali mendapatkan bea masuk. Penyebab bea masuk adalah satu-satunya alat untuk melepaskan Cina agar melakukan reformasi struktural.
“Jika ada ketidaksepakatan, maka AS akan melakukan proporsional,” tegasnya.
Baca Juga: Tahun Ini, Honda Bidik Realisasi Ekspor Brio
Editor: Aprianoor