Tak Berkategori

Selamat Jalan The Godfather of Broken Heart

apahabar.com, BANJARMASIN – Dalam acara Ngobrol Bareng Musisi atau yang biasa dikenal dengan Ngobam, Goffar Hilman,…

Featured-Image
Didi Kempot Foto: republika.co.id

bakabar.com, BANJARMASIN – Dalam acara Ngobrol Bareng Musisi atau yang biasa dikenal dengan Ngobam, Goffar Hilman, sang penggagas acara, bertanya kepada Didi Kempot.

“Kempot itu apa?”

“Kempot itu singkatan dari kelompok pengamen trotoar,” kata Didi Kempot.

Didi Kempot kemudian menceritakan awal mula perjalanan karirnya sebagai seniman musik. Dari menjadi pengamen di Solo, hingga nekat mengundi nasib dan hijrah ke Jakarta.

Musisi yang lahir di Surakarta, 31 Desember 1966 itu kemudian berhasil merilis album perdana “Eling Kowe” yang dirilis pada 1997. Lalu kemudian disusul dengan album “Sukses” (2000), “Emas Didi Kempot Yen Ing Tawang” (2001), “Emas Didi Kempot Sewu Kuto” (2002). Sampai tahun 2018, Didi masih produktif merilis album.

Pada 2019, tiba-tiba nama Didi Kempot berkibar kembali. Sebelum sosoknya makin populer setelah hadir di acara Ngobam, namanya mulai viral sejak Agus Mulyadi, seorang penulis asal Magelang, membuat cuitan di Twitter dan memberi julukan “Godfather of Broken Heart” kepada Didi Kempot.

Didi Kempot kemudian diundang Goffar Hilman untuk hadir dalam acara Ngobam. Acara yang digelar secara live dan disaksikan banyak kaum milenial itu sudah disaksikan lebih dari 5 juta orang di YouTube.

Popularitas Didi Kempot pun makin tak terbendung. Namun, puncak dari segalanya tentu saja saat Didi Kempot diundang tampil di acara Synchronize Festival di Jakarta. Dari sana, nama Didi Kempot terus berkibar dan makin digilai masyarakat segala usia.

Sebenarnya, Didi tak menyangka lagu-lagunya yang berbahasa Jawa bisa digilai masyarakat secara luas, bahkan juga dari kalangan millenial.

Fenomena anak muda yang banyak menggilai lagu-lagu patah hati yang dinyanyikannya, membuat Didi merasa bahagia.

“Ya itu suatu kebahagiaan tersendiri buat saya,” katanya.

Uniknya, pada awalnya nama Didi Kempot lebih dahulu populer di Suriname dan Belanda daripada di Indonesia. Sejak ia rekaman pada 1989, lalu 4 tahun kemudian ia berangkat ke Belanda dan Suriname. Tak disangka, lagu-lagunya sangat terkenal di telinga orang-orang Jawa yang tinggal di dua negara itu.

Konon, popularitas Lord Didi di Belanda dan Suriname bisa disejajarkan dengan presiden. Karena setiap kedatangannya, selalu disambut dengan gegap gempita. Hal itu pun dibenarkan oleh Didi Kempot sendiri.

“Rekaman pertama tetap di Indonesia bersama Musica. Lagu saya di Indonesia kurang populer, tapi di Belanda dan Suriname sangat dikenal oleh orang-orang keturunan Jawa di sana,” ungkapnya.

Lalu, mengapa Didi memilih menyanyikan lagu-lagu bertema patah hati?

“Karena lebih banyak yang mengalami patah hati daripada yang tidak,” sebutnya.

Didi Kempot pun memiliki jargon sekaligus motivasi untuk orang-orang yang sering patah hati. “Kalau patah hati, dijogetin aja,” katanya.

Tanpa Agus Mulyadi, Goffar Hilman, dan Synchronize Festival, nama Didi Kempot barangkali masih akan diingat sebagai penyanyi campur sari yang hanya dinikmati oleh orang-orang Jawa saja. Tapi saat ini, penggemarnya sudah menembus batas-batas suku dan budaya.

Mulai hari ini, Didi Kempot akan terus dikenang sebagai legenda musik Indonesia.

Selamat jalan, The Godfather of Broken Heart…

Editor: Puja Mandela



Komentar
Banner
Banner