Histori

Didi Kempot, Sobat Ambyar dan Sepak Terjang Campursari di Tanah Air

Didi Kempot adalah seorang penyanyi juga penulis lagu. Karyanya melahirkan Sobat Ambyar yang lantas melambungkan pamor campursari di Tanah Air

Featured-Image
Didi Kempot tampil membawakan lagu campursari di hadapan Sobat A,byar (Foto: dok. Antara)

bakabar.com, JAKARTA - Tampang Didi Kempot terpampang di laman Google hari ini, Minggu (26/2). Tak lain dan tak bukan, itu untuk mengenang karya sang maestro yang telah berkecimpung tiga dekade lamanya di industri musik.

Didik Prasetyo, begitu nama aslinya, ialah seorang penyanyi juga penulis lagu yang melahirkan sederet karya ternama. Pamer Bojo dan 700-an tembang campursari lainnya sukses membawa sang musisi mengantongi predikat Godfather of Broken Heart.

Tentu perjalanan untuk mendapat julukan tersebut tidaklah mudah. Pria kelahiran 1966 itu meniti karier dengan mengamen di jalanan Surakarta dan Jakarta selama dua dekade. Itu pula yang membuatnya punya nama panggung Kempot, akronim dari Kelompok Pengamen Trotoar.

Meski tak punya cukup cuan, Didi tak patah arang menulis lagu. Dirinya kerap begadang untuk merekam lagu-lagu di kaset kosong, lalu mengirim ke studio rekaman. Namun, upayanya masih belum bersambut.

Barulah pada 1989, dia menandatangani kontrak dengan label musik. Karya pertamanya, Cidro, menjadi amat populer di Belanda dan Suriname, dua negara dengan diaspora warga Jawa yang besar.

Hal itu pula yang membuka jalan bagi musik campursari menembus pasar mainstream. Tidak cuma di era 1990-an, hasil tangan dingin Didi pun masih digandrungi hingga kini oleh anak-anak muda.

‘Kelahiran’ Sobat Ambyar

Popularitas lagu campursari yang membuatnya digandrungi banyak kalangan, termasuk anak muda, sebenarnya bukan perihal baru. Beberapa tahun silam, jenis lagu ini sempat naik daun berkat Didi Kempot.

Ketenaran yang demikian bukan tanpa alasan. Lirik lagu-lagunya dianggap relate dengan kisah percintaan kawula muda masa kini. Tak ayal, istilah Sobat Ambyar pun lahir, sontak menyeruak di tengah kalangan milenial.

Fenomena tersebut berhasil mendobrak stigma yang menyatakan bahwa campur sari hanya dinikmati generasi terdahulu. Berkat eksistensi Sobat Ambyar, jenis lagu ini mulai merambah kaum milenial.

Sepak Terjang Campur Sari di Tanah Air

Jauh sebelum kemunculan Didi Kempot, campursari rupanya memerlukan jalan panjang untuk benar-benar bisa diterima masyarakat seperti sekarang.

Istilah campursari sendiri baru mulai menggema usai grup kesenian Campursari RRI Semarang mengisi siaran radio pada 1953.

Kala itu, popularitas campur sari hanya bersifat lokal lantaran tak semua rumah memiliki radio. Sebab itulah, lagu jenis ini sempat mengalami stagnasi.

Pada 1978, grup kesenian yang biasa melakukan siaran setiap hari rabu itu mulai berpikir untuk melebarkan sayapnya ke jangkauan yang lebih luas.

Mereka lantas bernaung pada IRA Record, label rekaman yang membantu Campursari RRI Semarang dalam merekam karya. Sayangnya, karya-karya tersebut belum berhasil membuat campur sari dikenal luas oleh masyarakat.

Hingga pada 1990-an, muncul kreator musik bernama Sumanto Sugiartono, atau yang lebih dikenal Manthous. Pria kelahiran 1950 ini mengkreasikan musik campur sari dengan gabungan instrumen musik barat, seperti keyboard, gitar, dan bass.

Dia juga mulai menggarap berbagai jenis musik, mulai dari langgam jawa, keroncong, sampai dangdut. Kehadiran Manthous dalam industri musik boleh dibilang menjadi titik awal dikenal luasnya campur sari.

Sejak saat itu, para pendatang baru terus bermunculan mengkreasikan langgam campur sari.

Editor


Komentar
Banner
Banner