bakabar.com, BANJARMASIN – Kasus pembunuhan yang melibatkan anak di bawah umur rentan terjadi di Kalimantan Selatan. Dalam kurun waktu sebulan, sudah tiga anak terlibat.
Di Paramasan Kabupaten Banjar, misalnya, AJ berusia 15 tahun dan ARD 14 tahun serta seorang remaja berinisial J 20 tahun tega menghabisi nyawa Sukirman secara brutal pada 27 April lalu.
Mereka tega menghabisi nyawa pria renta pedagang es krim keliling itu. Sukirman dihabisi dengan sebilah parang dan ditusuk belati. Selain membunuh mereka juga merampok duit Sukirman.
Terbaru, kasus pembunuhan oleh anak di bawah umur di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) pada 13 September kemarin.
Seorang anak berinisial MAR berusia 17 tahun menghabisi nyawa MA hanya karena dendam.
Kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan para anak di bawah umur ini perlu menjadi sorotan. Pasalnya ini tentu tak wajar. Lantas apa penyebabnya?
Pertanyaan ini disodorkan kepada Melinda Bahri. Dia adalah seorang psikolog yang juga menjabat sebagai ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Kalsel.
Terkuak, Motif Pembunuhan Salah Sasaran Bocah di Kandangan HSS
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, yang perlu diketahui, kata Melinda, Undang-Undang Perlindungan Anak, seseorang bisa dikatakan anak maksimal usia 18 tahun.
Mereka yang masuk golongan ini dilindungi undang-undang baik sebagai korban maupun pelaku.
Menurutnya, perilaku kekerasan muncul karena adanya gangguan perilaku dan emosional yang umumnya juga bisa terjadi kepada anak.
“Ini merupakan gangguan kejiwaan yang sangat merusak yang ditandai dengan perilaku antisosial, agresif baik secara fisik maupun verbal dan pelanggaran hak orang lain,” kata Melinda.
Anak-anak yang memiliki perilaku merusak atau kekerasan sebenarnya sudah memiliki gejala sebelumnya. Contoh suka mem-bully, berkelahi, memukul orang lain dengan menggunakan alat, mencuri atau ada riwayat di masa anak suka menyakiti hewan.
Melinda memberikan lima catatan penyebab kerusakan perilaku yang bisa saja berujung pada tindakan kekerasan hingga menghilangkan nyawa orang lain.
Pertama, penyebab bisa dipengaruhi genetik, riwayat keluarga yang juga pernah melakukan kekerasan. Sehingga anak turut terpengaruh untuk melakukan.
Kedua, disebabkan rendahnya kecerdasan, dan pemahaman yang kurang sehingga mudah berperilaku tanpa pertimbangan yang matang.
Ketiga, perilaku agresif juga tak lepas dari pengaruh lingkungan sosial, termasuk relasi sosial dengan teman sebaya anak tersebut.
“Apakah teman-temannya adalah anak-anak yang juga berperilaku agresif?” tanya Melinda.
Keempat, cara pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua juga turut memengaruhi perilaku anak.
“Apakah mengabaikan, tidak ada perhatian dan kasih sayang, kurang dalam penanaman nilai-nilai sosial dan agama,” imbuhnya. Sementara faktor terakhir adalah faktor ekonomi.
Dugaan Pembunuhan Berantai
Dermawannya Korban Pembunuhan Bocah di Banjar, Sempat Tawarkan Es Gratis ke Pelaku
Para pembunuh Sukirman telah ditangkap. Namun, dua kasus pembunuhan lain yang juga terjadi di Paramasan belum terungkap.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: