bakabar.com, JAKARTA – Suara hati pengemudi ojol akan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Isu naiknya harga BBM bersubsidi tentunya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Tanah Air.
Hampir semua lini bisnis bakal terkena dampak dari kenaikan BBM, tak terkecuali pengemudi ojek online (ojol) yang mayoritas menjadikan profesi tersebut sebagai mata pencaharian utama mereka.
“Kalau harga BBM naik, otomatis harga sembako juga ikut naik, sudah pasti merepotkan," ujar Faisal Riza salah satu pengemudi ojol di kawasan Ragunan, Jakarta kepada bakabar.com, Senin (29/8).
Lelaki berbadan kurus itu menjelaskan, bahwa setiap harinya, ia menghabiskan Rp20 ribu untuk mengisi bensin ketika mengojek dari pagi hingga malam hari. Dengan isu naiknya BBM, ia memperkirakan angka tersebut bertambah menjadi Rp30 ribu perharinya untuk mengisi BBM saja.
"Belum lagi banyak risiko di jalan, seperti kemacetan, kecelakaan, dan kondisi keadaan motor. Udah begitu jadi tanggung jawab siapa? kita sendiri kan," terangnya.
"Servis kendaraan juga kan memakai uang sendiri. Ujung-ujungnya kalau ada masalah jadi derita lu sendiri," tambahnya.
Selain itu, dengan isu kenaikan BBM, ia pun mengeluhkan kelangsungan hidup termasuk mata pencaharian sebagai ojol akan semakin sulit. Terlebih, kata dia, sekarang yang sulit mendapatkan bonus dan biaya layanan aplikator yang cukup tinggi.
"Biaya pemotongan dari layanan aplikator saja sudah lebih dari 20% untuk saat ini. Nanti kalau harganya semakin mahal, kan lama-lama pelanggan juga jadi males memesan ojek online," beber pria berjanggut tebal itu.
Kendaraan Listrik Jadi Solusi?
Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, mungkin menjadi salah satu langkah untuk mempercepat pengurangan emisi karbon serta pengenalan ekosistem kendaraan elektrifikasi kepada masyarakat.
Kendaraan listrik disinyalir bisa menjadi jalan keluar dari kenaikan harga bahan bakar yang terus menerus terjadi di tanah air.
"Untuk motor listrik sebenarnya saya tertarik, tetapi untuk sekarang kayanya kondisi masih susah, karena masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi," ungkapnya.
Belum meratanya charging station untuk mengisi daya listrik di tengah perjalanan, membuatnya khawatir dan berpikir dua kali akan keputusan membeli kendaraan listrik yang dinilai cukup mahal.
"Mungkin pemerintah memang ingin mempercepat masyarakat untuk memakai kendaraan listrik. Tetapi caranya salah. Jadi wajar saja masyarakat marah dan memancing demo," tutupnya.
"Sediakan dulu BBM bersubsidi agar masyarakat tidak marah. Untuk kendaraan listrik (pengenalannya) bisa pelan-pelan," tutupnya.
Reporter: Adit