bakabar.com, BANYUWANGI - Memasuki bulan suci Ramadan, masyarakat asli Banyuwangi yang dikenal dengan Suku Osing mempunyai tradisi unik yakni "Resik Lawon".
Kompak, Puluhan warga Suku Osing yang tinggal di Kelurahan Mojopanggung, Lingkungan Cungking Kecamatan Giri bergotong royong membersihkan lawon, Senin (6/3).
Diketahui, tradisi unik Resik Lawon yang dilakukan suku Osing ini sudah berjalan turun-temurun selama ratusan tahun. Hal tersebut dilakukan warga untuk menghormati leluhur mereka yang dikenal dengan Buyut Cungking.
Buyut Cungking sendiri mempunyai nama yang dikenal dengan Ki Wongso Karyo yang hidup pada tahun 1536 hingga 1580. Tak hanya itu, menurut kepercayaan warga setempat Buyut Cungking merupakan seseorang yang sakti mandraguna pada jamannya.
Juru Kunci Makam Buyut Cungking, Jam’i (65) mengatakan tradisi Resik Lawon menjadi ritual rutin yang wajib digelar Masyarakat Cungking jelang memasuki bulan Ramadan.
Baca Juga: Marak Pencurian Jelang Ramadan, Polisi di Jember Pasang Sayembara 'Menangkap Maling Berhadiah'
"Kita rutin menggelar tradisi Resik Lawon di setiap menjelang bulan puasa," kata Jam'i pada bakabar.com, Senin (6/3).
"Hanya 2021 kemarin kita tidak melaksanakan, soalnya pandemi. Meski begitu, saya berpamitan dulu sama Mbah buyut di makamnya," imbuhnya.
Air Mujarab Bekas Cucian Kain Kafan
Jam'i menjelaskan, ritual tahunan ini diawali dengan membersihkan makam Ki Buyut Cungking secara bersama-sama. Selanjutnya para warga membuka kain kafan yang merupakan penutup makam dan dibawa ke sungai (Banyu Gulung) untuk dicuci.
"Setelah dicuci, kita jemur di sepanjang jalan lingkungan Cungking," jelas juru makam Ki Buyut Cungking Jam'i (6/3).
Uniknya, dalam mencuci kain kafan tersebut para warga berebut demi mendapatkan air perasan dari kain kafan penutup makam Ki Buyut Cungking tersebut. Pasalnya, para warga mempercayai air perasan tersebut berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Pendapatan Nelayan di Banyuwangi Turun Drastis
Sementara itu, Tradisi resik lawon diakhiri dengan berdoa kepada Tuhan di depan pintu makam Buyut Cungking secara bergantian.
Dalam acara puncak atau doa, tak jarang warga suku Osing lainya yang berada di Desa Kemiren dan desa lainya turut hadir sekaligus nyekar sebagai bentuk permintaan maaf jika ada kesalahan selama upacara Resik Lawon berlangsung.