Kabar Rupiah

Rupiah Melemah Dipicu Sentimen Risk Off di Pasar

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa menurun dipicu oleh sentimen risk off di pasar.

Featured-Image
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (19/1) pagi turun 58 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp15.145 per dolar AS. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa (7/3) menurun dipicu oleh sentimen risk off di pasar.

Rupiah pada Selasa (7/3) pagi dibuka tergelincir 50 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp15.345 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.

"Sentimen di pasar juga cenderung risk off, dengan investor wait and see (menunggu dan mencermati) menjelang testimoni dua hari Ketua The Fed Powell di depan dewan," kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa (7/3).

Sentimen risk off menunjukkan investor menghindari atau melepas asset dan mata uang berisiko, sehingga rupiah akan dilepas investor.

Baca Juga: Kembangkan Rupiah Digital, BI: Bisa Transaksi Crossborder

Kesaksian Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell di depan Kongres pada Selasa dan Rabu (8/3/2023) sebagian besar akan menentukan pergerakan pasar mata uang minggu ini, dengan laporan pekerjaan Februari yang akan dirilis pada Jumat (10/3/2023) juga sangat ditunggu.

Setelah memberikan kenaikan jumbo tahun lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada dua pertemuan terakhirnya, tetapi data ekonomi yang tangguh sepanjang Februari memicu kekhawatiran bank sentral akan kembali menaikkan suku bunga besar-besaran.

Kenaikan suku bunga AS di masa depan juga kemungkinan akan bergantung pada apa yang diungkapkan oleh laporan penggajian Februari pada Jumat (10/3/2023), diikuti oleh laporan inflasi Februari yang akan dirilis minggu depan.

Selain itu, Lukman mengatakan potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh imbal hasil obligasi AS yang meningkat. Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun berada di 4,895 persen, sedangkan tenor 10 tahun berada di 3,968 persen.

Baca Juga: Astra Adakan SATU Indonesia Awards 2023 Berhadiah Puluhan Juta Rupiah

Dari domestik, investor menantikan data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan akan naik sedikit.

Lukman memproyeksikan rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp15.250 per dolar AS sampai dengan Rp15.350 per dolar AS.

Pada Senin (6/3) rupiah ditutup naik 16 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp15.295 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya

Editor


Komentar
Banner
Banner