Tak Berkategori

Rupiah Masih Mantap, Dolar Diprediksi Loyo hingga 3 Bulan ke Depan

apahabar.com, JAKARTA – Meski masih dalam masa resesi, tapi tak membuat rupiah ciut nyali. Pada perdagangan…

Featured-Image
Ilustrasi rupiah. Foto-CNBC-Indonesia

bakabar.com, JAKARTA – Meski masih dalam masa resesi, tapi tak membuat rupiah ciut nyali. Pada perdagangan pasar spot hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat justru menguat.

Melansir dari CNBC Indonesia,
pada Kamis (6/5/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.400 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021.

Pada tiga bulan pertama 2021, Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air tumbuh -0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia tumbuh 0,74-%.

Realisasi ini lebih baik ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy.

Indonesia memang masih resesi karena kontraksi PDB berlangsung selama empat kuartal beruntun. Sudah genap setahun ekonomi Indonesia terus menyusut.

Namun bukan berarti tidak ada kabar baik. Meski kontraksi masih terjadi, tetapi semakin lama kian landai. Pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia menciut lebih dari 5% yoy dan kuartal I-2021 tinggal di bawah 1% yoy.

Selain itu, data pertumbuhan ekonomi bersifat lagging indicator, sesuatu yang sudah terjadi, sudah lampau, masa lalu nan kelabu. Sekarang kita sudah berada di kuartal II-2021, bahkan sudah hampir separuh jalan. Nah, kemungkinan besar Indonesia sudah tidak lagi resesi mulai kuartal ini.

“Dengan memperhatikan berbagai indikator yang membaik sampai April dan low base effect, kita harapkan ekonomi triwulan II akan tumbuh positif. Dengan catatan, vaksinasi lancar, masyarakat mematuhi protokol kesehatan, dan tumbuhkan keyakinan dunia usaha,” kata Suhariyanto, Kepala BPS.

Selain itu, faktor eksternal juga mendukung keperkasaan rupiah. Kebetulan sang sparring partner yaitu dolar AS sedang melemah. Pada pukul 07:36 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,05%.

Mata uang Negeri Paman Sam belum bisa lepas dari tren depresiasi. Sejak awal kuartal II-2021, Dollar Index sudah anjlok lebih dari 2%.

Berdasarkan jajak pendapat yang digelar Reuters terhadap lebih dari 60 FX strategist di berbagai negara, pelaku pasar memperkirakan dolar AS masih akan menjalani tren depresiasi setidaknya tiga bulan lagi. Weleh, kok lama juga ya…

Pelemahan dolar AS tidak lepas dari memudarnya keyakinan bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat, tidak 2023 seperti perkiraan selama ini.

Meski berbagai data menunjukkan ekonomi AS terus membaik sehingga memunculkan risiko tekanan inflasi, tetapi Ketua Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat keukeuh bahwa itu belum stabil. Masih temporer, belum berkelanjutan, belum bisa disebut sebagai pola atau tren.



Komentar
Banner
Banner