bakabar.com, BARABAI – Masih ingat Lia, bocah 6 tahun asal Dusun Mandila Desa Patikalain Kecamatan Hanatakan, Hulu Sungai Tengah (HST)?
Dia satu-satunya anggota keluarga yang selamat dari bencana longsor dan banjir bandang pada 13-14 Januari 2020 lalu. Ayah, ibu, serta dua saudaranya dinyatakan meninggal akibat tertimbun longsoran tebing.
Terbaru, bocah yatim piatu ini sudah menempati rumah minimalis di Dusun Cabai Desa Patikalain Kecamatan Hantakan. Tak jauh dari tempat Lia dirawat oleh kakek, paman dan bibinya.
Rumah berukuruan 4Ã6 ini dibangun hampir sepekan oleh para relawan. Baik dari BPK Rangas Alai, Birayang, AMCF, WIZ (Wadhah Inspirasi Zakat) dari Kota Bulungan Kalimantan Utara dan BPBD HST serta dibantu Babinsa Kodim 1002/Barabai.
Per 15 Februari tadi, secara resmi kunci rumah diserahkan langsung oleh Camat Hantakan, Kartadipura.
“Alhamdulilah rumah adik Lia juga dilengkapi dengan penerangan listrik tenaga surya. Semoga adik Lia bersama keluarga betah tinggal di rumah yang baru,” kata Kartadipura.
Dandim 1002 Barabai, Letkol Inf Muh Ishak H Baharuddin melalui Danramil 1002-07/Pagat, Kapten Inf Andi Tiro menuturkan, TNI sangat mengapresiasi para relawan yang telah berdedikasi tanpa pamrih membangun rumah adik Lia.
Dandim, kata Andi Tiro, juga memerintahkan kepada Babinsa agar berkelanjutan melakukan pembinaan wilayah. Terutama mengecek secara langsung kondisi Lia dan keluarganya.
“Apabila ada sesuatu ataupun kebutuhan adik Lia yang kurang segera laporkan dan kami siap mendukung, karena adik Lia saat ini sudah menjadi keluarga besar Kodim 1002/Barabai,” tegas Andi Tiro.
Sebelumnya, Lia berhasil diselamatkan dari timbunan tanah longsor. Nahas, 4 anggota kluarganya dinyatakan tewas tertimbun longsoran tanah di Dusun Manila Desa Patikalain akibat air bah dan hujan pada Rabu, 13 Januari 2021 malam.
Sekilas kisah yang merenggut keluarga Lia di Mandila ini diceritakan sang Bibi, Hatri (40) dan Mariati (40).
Rabu malam (13/1), debit air di Hantakan meningkat drastis. Air bah menghantam beberapa desa di Hantakan.
Puncaknyanya, Kamis (14/1), tebing-tebing di Hantakan longsor. Air bah luapan sungai Hantakan mulai menggenangi beberapa wilayah HST yang dilalui aliaran sungai itu.
Di Mandila Hantakan, tiga buah rumah dan I balai adat tertimbun lelongsoran. Termasuk rumah keluarga Lia.
Seperti mukjizat, Lia ditemukan sang kakek, nenek dan bibinya dalam keadaan tertimbun longsor. Kepala hingga pinggangnya tertancap di tanah.
“Andaikan tak cepat ditolong, Lia mungkin bisa meninggal,” kata Hatri.
Pascakejadian, sesekali, Lia menanyakan keberadaan kedua orang tuanya, Yansyah (35) dan Yanti (30). Termasuk satu kakak serta adiknya, Doni (8) dan Yanda (3).
Jasad ibu dan adik Lia telah ditemukan. Sementara ayah dan kakaknya belum ditemukan.
Lia kini seorang diri. Dia menjadi yatim piatu.
“Keadaan Lia masih sehat. Tapi memang Lia masih trauma. Cerita Bibinya, 3 hari pasca longsor itu, Lia masih mencari ayah, mama, dan saudaranya,” kata Dokter Umum, Monika Astria Hutagalung, Senin (1/2).
Dokter muda ini berkesempatan bertemu langsung dengan Lia. Dia bersama relawan dari Barabai, Kandangan dan Organisasi Gerakan Aksi Baik, menempuh jalan menuju kediaman Lia.
Bocah itu kemudian diasuh kakek, paman dan bibinya di pondok kayu di area perbukitan di Dusun Cabai Desa Patikalain.
“Lia kita kasih banyak boneka, cokelat dan logistik untuk kebutuhan hidup Lia. Kita lihat di pondokan kayu itu mereka memerlukan alat masak, pakaian, juga sendal,” terang Monica.
Dalam laporan Camat Hantakan, Kartadipura merincikan, 4 buah rumah dan 1 balai adat di Dusun Manila masih tertimbun tanah longsor. Di antaranya termasuk rumah keluarga Lia yang berada di hunjuran pegunungan Meratus itu.
Mengenai 2 keluarga Lia yang belum ditemukan, dia menerangkan telah berupaya mencari. Namun hingga pekan ke tiga pascabanjir ini, tim maupun masyarakat belum menemukan keberadaannya.
Berdasarkan rapat dan musyawarah adat, lanjut Kartadipura, diputuskan tidak dicari lagi.
“Pihak keluarga sudah menganggap tanah bekas longsoran itu menjadi kuburan mereka,” terang Kartadipura.
Sejauh ini, Lia sudah mendapat kunjungan dari berbagai relawan, tak terkecuali Berry Nahdian Forqan, saat dia menjabat Wakil Bupati HST.
Eks Direktur Walhi Nasional ini mengungkapkan, Pemkab HST tidak akan menelantarkan warganya, yang terkena musibah, apalagi Lia. Sekalipun pasca tanggap darurat nanti, pemerintah melalui aparat desa, kecamatan dan Dinas Sosial akan tetap memberikan perhatian khusus.
Berry berharap, Lia bisa tersenyum kembali. “Kami ingin memasitkan keselamatan, keamanan dan kebutuhan Lia terpenuhi. Kami siap menjadi bapak angkat anakda Lia,” kata Berry didampingi Kalak BPBD HST, Budi Haryanto usai mengunjungi Lia, Minggu (31/1).