News

Romo Benny: Pancasila, Perjanjian Luhur yang Tak Bisa Dibatalkan 

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Bimbingan Teknis Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Jambi dengan tema "Pen

Featured-Image
Seorang anak bermain di dekat Tugu Api Pancasila di TMII, Jakarta, Foto-Antara

bakabar.com, JAKARTA - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar bimbingan teknis bertemakan, "Penerapan Ideologi Pancasila dalam Tata Kelola Pemerintahan".  Bimbingan kepada pimpinan dan anggota DPRD Provinsi Jambi itu digelar di Jakarta pada Kamis (26/01). 

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo di hadapan Ketua DPRD Jambi Edi Purwanto dan anggota DPRD Jambi mengatakan pancasila adalah perjanjian luhur yang tidak bisa dibatalkan.

"Janji para founding fathers untuk merdeka, semua mendapat tempat yang sama, maka seharusnya tidak ada diskriminasi," kata pria disapa Romo Benny dalam keterangan tertulis yang diterima bakabar.com.

Baca Juga: Haul Guru Sekumpul, Romo Benny: Momentum Kedamaian dan Kerukunan Bangsa

Romo Benny menambahkan Pancasila seyogyanya sudah ada dan diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

"Saat pandemi, misalnya, orang saling membantu; gotong royong, rasa persaudaraan, tolong menolong, itu sudah jadi kebiasaan masyarakat kita," ujarnya.

Menurutnya, hal yang perlu disayangkan adalah kurang adanya narasi tentang nilai-nilai Pancasila. Yang sebenarnya sudah ada dalam kehidupan berbangsa Indonesia.

"Yang muncul malah narasi bahwa Pancasila itu sudah ketinggalan zaman, sudah tidak kontekstual lagi, padahal, dari satu contoh saja, terbukti, Pancasila ada dan menjadi habit (kebiasaan) bangsa Indonesia tanpa diminta ataupun disuruh," jelasnya.

Baca Juga: Setahun Sabam Sirait, Sidarto Gaungkan Pertahanan Demokrasi Pancasila di Indonesia

Pancasila, kata dia, harus menjadi prinsip dasar. Sehingga menjadi kepatuhan, dan kemudian menjadi keutamaan dan kebiasaan. Sehingga Pancasila dilaksanakan secara konsekuen karena kesadaran dari diri sendiri. 

"Jika itu tidak terjadi, Pancasila hanya sekedar menjadi slogan," tutupnya.

Darmansjah di lain pihak membawa paparan dengan tema Pancasila: Historisitas, Konseptualitas, Aktualitas. Ia menyatakan seyogyanya seluruh masyarakat Indonesia harus mengenal Pancasila lewat sejarah. Itu untuk dapat mengerti dan mengenal Pancasila.

Sebagai contoh, Pancasila lahir dari satu rangkaian yang dimulai dari pembentukan Boedi Oetomo. "Itu adalah satu rangkaian yang tidak bisa dipecah atau dipisah-pisahkan. Yang seharusnya diketahui dan dimengerti seluruh bangsa Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Bamsoet: Bersinergi Tanamkan Nilai Pancasila

Duta Besar ke-19 Indonesia untuk Austria tersebut menjabarkan bahwa dalam sejarahnya Pancasila dimusyawarahkan dan disetujui oleh semua perwakilan bangsa Indonesia.

"Dari kaum nasionalis dan kaum agama, mereka semua berkumpul dan menyetujui Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Itu harus diketahui dan diajarkan kepada masyarakat," imbuhnya.

Dia pun menyatakan bahwa Pancasila terbukti menyatukan Indonesia secara utuh.

"Negara lain banyak yang bubar atau hancur, atau perang saudara, seperti Suriah; kita (Indonesia) tetap utuh, walau banyak tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Ini adalah fakta yang harusnya membuat kita bangga dan bersyukur sebagai bangsa Indonesia," serunya.

Editor


Komentar
Banner
Banner