bakabar.com, JAKARTA - Miniatur Indonesia yang sebenarnya. Itulah kiranya kesan yang kerap muncul di benak para pengunjung kala menjajaki Taman Mini Indonesia Indah (TMII) – tempat wisata yang mencakup miniatur kepulauan Nusantara serta anjungan daerah dari tiap provinsi.
Sebelum menjadi pusat perayaan Tahun Baru 2023, eksistensi objek wisata yang berlokasi di Jakarta Timur itu sejatinya tak terlepas dari campur tangan Keluarga Cendana, utamanya Ibu Tien Soeharto.
Awal Pembangunan TMII
Wacana pembangunan TMII diawali dari pertemuan di rumah sang Presiden ke-2 Indonesia pada 13 Maret 1970.
Dalam pertemuan tersebut, Siti Hartinah atau yang akrab disapa Ibu Tien, mengusulkan pembangunan wisata budaya. Dalihnya, untuk membangkitkan kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap budaya Nusantara.
Selang dua tahun kemudian, gagasan Ibu Tien terwujud. Tepatnya pada 30 Juni 1972, pemerintah mulai menggarap proyek miniatur Indonesia bertajuk “Indonesia Indonesia.” Proyek ini dipercayakan di bawah Yayasan Harapan Indah.
Tak tanggung-tanggung, biaya yang digelontorkan untuk merampungkan proyek tersebut mencapai Rp10 miliar kala itu – atau setara Rp344 miliar dengan nilai tukar saat ini. Tiga tahun lamanya pembangunan itu berlangsung, sampai akhirnya rampung pada 20 April 1975.
Namun, peresmian ketika itu tak serta-merta dibarengi dengan kemunculan maskot TMII yang begitu ikonik: Nitra. Maskot berbentuk tokoh wayang kera putih sakti, Hanoman, ini baru dicetuskan enam belas tahun setelahnya, atau pada 1991.
Maskot demikian dipilih bukan tanpa alasan. Ada makna filosofis di baliknya: kepribadian Nitra yang suka membela dan menegakkan kebenaran dinilai sejalan dengan budi luhur bangsa Indonesia.
Makam Keramat Mbah Kuning
Selain miniatur kepulauan Indonesia yang ikonik, TMII juga identik dengan eksistensi rumah anjungan. Tak cuma indah, rupanya, salah satu anjungan di sana pun kental dengan nuansa klenik.
Adalah Anjungan Jawa Timur, yang kabarnya menyimpan sebuah makam keramat bertajuk Mbah Kuning Taman Mini. Sosoknya sendiri adalah tokoh masyarakat kharismatik di daerah Jakarta Timur, sekaligus menjadi penyebar agama Islam nan arif lagi berwibawa.
Konon, makam tersebut sudah ada jauh sebelum TMII berdiri. Saat pembangunan wisata itu hendak digelar, makam Mbah Kuning sempat ingin direlokasi. Sederet kejadian janggal pun tak pelak mengiringi proses pemindahan tersebut.
Salah satunya, pohon yang terus tumbuh meskipun sudah ditebang berkali-kali. Tak sedikit meyakini pohon tua ini adalah ‘payung’ Mbah Kuning dalam istirahat panjangnya, sehingga tidak bisa diusik.
Rumah bagi Segudang Flora, Fauna, dan Benda Unik
Tidak cuma menampilkan miniatur Indonesia, TMII pun menyimpan koleksi flora, fauna, hingga benda-benda unik. Dunia Air Tawar, misalnya, menawarkan pengalaman melihat piranha dari jarak dekat.
Fauna endemik Sungai Amazon itu ditempatkan di kolam kaca khusus, di mana pengunjung bisa menyaksikan betapa brutalnya ikan piranha saat melahap mangsa. Sekitar pukul 10.00 dan 14.00, petugas akan memasukkan ikan segar berukuran besar ke dalam kolam piranha.
Ada Al-Quran Terkecil di Dunia
Selain itu, terdapat pula Museum Bayt Al-Quran yang menyimpan kitab suci umat Islam terkecil se-Indonesia. Mushaf itu diletakkan di sebuah wadah, yang mirip dengan kotak cincin berwarna merah.
Al-Quran berukuran panjang satu sentimeter dengan lebar satu setengah sentimeter itu merupakan hadiah dari Pemerintah Turki. Kendati demikian, sang penulis kitab rupanya adalah orang Arab bernama Sayid Muhammad Abdul Latif.
Demikianlah sekilas sejarah beserta sederet keunikan TMII. Tertarik mengunjungi tempat wisata tersebut?