Respiratory Syncytial Virus

Respiratory Syncytial Virus, Virus Berbahaya yang Menyerang Saluran Napas

Respiratory syncytial virus yang menyerang saluran napas harus diwaspadai. Mereka yang rentan bisa terdampak fatal.

Featured-Image
Respiratory syncytial virus kerap terjadi pada bayi dan anak-anak. Foto: golfx/istock photo

bakabar.com, JAKARTA – Respiratory syncytial virus yang menyerang saluran napas harus diwaspadai. Mereka yang rentan bisa terdampak fatal.

Virus sinsitium saluran pernapasan merupakan virus yang menyerang pernapasan bayi dan anak-anak. Melansir Hopkins Medicine, respiratory syncytial virus atau virus sinsitium saluran pernapasan, yang sering disingkat sebagai RSV, adalah infeksi umum pada saluran pernapasan yang umumnya menjangkiti anak-anak maupun orang dewasa.

“RSV sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki kondisi medis termasuk masalah jantung atau paru-paru, serta sistem kekebalan tubuh yang lemah,” kata Sandra Fryhofer, MD, dokter penyakit dalam umum Atlanta dan ketua Dewan Pengawas AMA, dikutip dari American Medical Association.

Sebagian besar anak terinfeksi RSV sebelum mencapai usia dua tahun. Meskipun RSV umumnya tidak menjadi masalah serius, individu dengan risiko tinggi, terutama bayi, berisiko mengalami kasus yang parah dan mungkin perlu dirawat di rumah sakit.

Baca Juga: Rotavirus, Penyebab Umum terjadinya Diare pada Balita

“Waktu dan tingkat keparahan wabah dapat bervariasi secara geografis dan dari musim ke musim. RSV biasanya dimulai pada musim gugur dan mencapai puncaknya pada musim dingin,” ujar Dr. Fryhofer.

Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi RSV akan mengalami gejala ringan yang mirip dengan gejala flu biasa dan akan pulih dalam waktu satu hingga dua minggu. Pada anak-anak di bawah usia 1 tahun, RSV menjadi penyebab paling umum dari peradangan paru-paru seperti bronkiolitis dan pneumonia.

Respiratory syncytial virus biasanya menjangkiti bayi dan anak selama kurang lebih dua minggu. Foto: violeta stoimenova/istock photo
Respiratory syncytial virus biasanya menjangkiti bayi dan anak selama kurang lebih dua minggu. Foto: violeta stoimenova/istock photo

Individu dari berbagai kelompok usia dapat tertular RSV, tetapi risiko komplikasi lebih tinggi terjadi pada:

1. Bayi yang lahir prematur atau berusia di bawah 2 tahun.
2. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.
3. Anak-anak di bawah usia 2 tahun yang menderita penyakit paru-paru kronis seperti asma.
4. Anak-anak di bawah usia 2 tahun dengan kelainan jantung bawaan.
5. Anak-anak dengan kelainan neuromuskular yang menghambat kemampuan membersihkan lendir atau menelan.
6. Orang dewasa dan anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat penyakit atau kondisi medis.
7. Orang lanjut usia yang memiliki masalah jantung atau paru-paru.

Gejala RSV
Biasanya, gejala RSV mulai muncul dalam waktu empat hingga enam hari setelah terpapar. Gejala awalnya seringkali ringan dan mirip dengan gejala flu biasa. Gejala umum mungkin termasuk, pilek, batuk, bersin, nafsu makan menurun, demam rendah.

Baca Juga: 7 Tips Meredakan Flu pada Bayi Tanpa Minum Obat

Dalam beberapa kasus, infeksi tersebut akan menyebabkan penyakit pernapasan parah pada bayi. Hubungi dokter jika Anda memperhatikan adanya demam tinggi, memburuknya batuk, lubang hidung melebar atau otot dada tampak tertarik masuk dan keluar, menandakan masalah pernapasan, nafas tidak teratur atau cepat, pewarnaan biru pada kulit (bibir dan jari), kelelahan, kesulitan makan dan minum atau menelan.

Pengobatan RSV
Bagi individu yang mengalami gejala ringan, tidak diperlukan pengobatan khusus. Penggunaan obat pereda nyeri atau penurun demam yang dapat dibeli secara bebas bisa membantu meredakan gejala. Perlu diingat bahwa aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak atau remaja ketika menghadapi infeksi virus.

Orang yang terinfeksi RSV disarankan untuk mengonsumsi banyak cairan guna mencegah terjadinya dehidrasi.

Anak-anak yang mengalami gejala parah mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit untuk mendapatkan tambahan cairan, terapi oksigen, atau bahkan penggunaan ventilator untuk membantu pernapasan. Pada kasus parah yang memerlukan rawat inap, terapi antivirus mungkin digunakan sebagai bagian dari pengobatan.
Editor
Komentar
Banner
Banner