Denny mengaku heran dengan sikap para komisioner di Bawaslu Kalsel yang seakan tak mampu mengambil langkah tegas. Lantas, Denny menyebut Bawaslu Kalsel seakan sudah terpapar virus Covid-19. Sebab, tak bisa lagi mengendus kecurangan.
"Indera penciumannya tidak tajam, juga indera perasanya hilang. Kena Corona," sebutnya.
Dia pun membandingkan kinerja Bawaslu Kalsel dengan Bawaslu Banjarmasin. Tak hanya kurang peka, Bawaslu Kalsel juga kalah gerak cepat dengan Bawaslu Banjarmasin.
Bawaslu Banjarmasin, kata dia, bisa mengeluarkan rekomendasi pelanggaran salah satu pasangan calon. Paslon itu kedapatan membagikan nasi kotak berbau materi kampanye jelang pemungutan suara ulang (PSU).
"Lantas Bawaslu Banjarmasin dengan tegas menyatakan kalau itu pelanggaran. Lalu apa bedanya dengan pembagian bakul?" katanya.
Denny Bongkar Sosok Penyebar Video Black Campaign Berbau SARA
Begitu pula, kata dia, modus politik uang dengan memborong jualan di warung-warung. "Itu pun politik uang. Saya terus terang mempertanyakan, kenapa kawan-kawan Bawaslu Kalsel menutup mata dengan adanya persoalan ini," katanya.
Sekalipun tidak ada laporan, kata dia, mestinya Bawaslu Kalsel bisa melakukan penelusuran. Termasuk, tak harus menunggu laporan masuk jika mengetahui adanya peredaran bakul di tengah masyarakat.
"Bawaslu itu bisa pasif menunggu laporan, bisa juga aktif melakukan langkah-langkah investigasi," katanya.
"Tidak perlu menunggu laporan. Lagian, saya juga sudah malas mau lapor-lapor. Untuk sesuatu yang sudah sangat kasat mata masa harus menunggu laporan," lanjutnya.
Kalau misal, alasan pembagian bakul adalah souvenir, menurut Denny, mestinya tidak dibagikan saat momen PSU.
"Saya yakin nanti kalau diperiksa, cara ngeles bajaj-nya adalah menyebut kalau itu souvenir. Souvenir itu hanya diizinkan waktu masa kampanye. Kalau sekarang adalah politik uang," katanya.
Terakhir, Denny mengatakan kalau politik uang dihilangkan maka kondusifitas akan terjaga dengan sendirinya.