bakabar.com, BANJARMASIN – Bermula dari Bob Dylan, Joan Baez, Simon and Garfunkel, dan sejumlah musisi asal Amerika Serikat lainnya, musik folk mulai dikenal dunia pada awal 1960.
Pada pertengahan 60-an, genre ini makin populer setelah beberapa kelompok musik memadukan musik folk dengan genre rock. Yang paling terkenal adalah The Beatles dengan album Rubber Soul-nya yang dirilis pada 1965. Selain band asal Liverpool itu, juga ada The Animals, The Kinks, dan sejumlah nama besar lainnya.
Di Indonesia, genre folk mulai banyak disebut oleh generasi millenial ketika Payung Teduh dengan lagu-lagunya yang teduh berhasil menyita perhatian pendengar musik Indonesia. Keberhasilan kelompok musik ini seakan memudahkan bagi band-band folk lainnya untuk meraih kesuksesan yang sama.
Namun, siapakah sebenarnya perintis genre musik folk di Tanah Air?
Di buku 100 tahun musik Indonesia, Denny Sakrie mencatat musisi folk pertama di Indonesia bernama Gordon Tobing. Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, pada 25 Agustus 1925 diketahui memiliki sejumlah penampilan internasional.
Bersama kelompok musiknya, Impola, Gordon sering kali dikirim oleh pemerintah ke luar negeri untuk misi kebudayaan Indonesia. Sama seperti musisi-musisi legendaris pada umumnya, Gordon tak pernah mempelajari musik secara formal. Ia hanya belajar musik secara otodidak.
Pada 1950, Gordon yang tinggal di Medan merantau ke Jakarta. Di sana, dia sempat membentuk kelompok vokal bernama Sinondang Tapian Nauli. Grup ini sempat rekaman di Lokananta sebelum akhirnya bubar, lalu kemudian Gordon membentuk Impola.
Bersama Impola, Gordon bersama istrinya, Theresia Hutabarat begitu terkenal di era 60-an. Pada 1965, misalnya, Gordon Tobing dan Impola dipilih oleh suatu panitia di Jerman untuk berpartisipasi pada event Press Fest. Tim Ahli Seni Australia juga memilih Gordon untuk mewakili Asia pada Art Festival of Perth pada 1969.
Denny Sakrie menyebut musik yang dimainkan Gordon menjadi representasi musik Indonesia. Gordon juga tercatat menyanyikan hampir seluruh lagu-lagu rakyat Indonesia.
Perkembangan musik folk di Indonesia terus berkembang, terutama di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Di Jakarta ada Kwartet Bintang yang dimotori Guntur Soekarnoputra, Noor Bersaudara, dan Prambors Vokal Group.
Di Bandung, ada Trio Bimbo dan Remy Sylado. Sedangkan di Surabaya ada nama Lemon Trees yang didukung Gombloh dan Leo Kristi. Beberapa di antaranya bahkan sudah merilis album rekaman.
Trio Bimbo lewat Fontana, label asal Singapura, merilis “Melati dari Jayagiri” karya Iwan Abdurachman pada 1971. Saking populernya genre ini, Eugene Timothy dari label Remaco pernah meminta Koes Plus untuk merilis album Folk Songs pada 1976.
Memasuki akhir dasawarsa 1970-an dan 1980-an, musik folk kian berkembang dengan munculnya nama-nama baru seperti Iwan Fals, Doel Sumbang, Franky & Jane, dan Sawung Jabo. Sementara pada tahun 2000-an, musisi folk makin banyak yang nongol dan eksis di industri musik Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Jason Ranti, Iksan Skuter, Payung Teduh, dan Dialog Dini Hari.
Di tengah gempuran genre lainnya, musik folk masih terus populer dan mampu mempertahankan eksistensinya. Selama ada suatu peristiwa yang bisa dicatat melalui sebuah lagu, selama itu pula musik folk akan tetap ada.
Kalau tak percaya, tanyakan saja kepada Jason Rantiâ¦
Editor: Puja Mandela