bakabar.com, BANJARMASIN - Unit punk banjar asal Batulicin, Kalimantan Selatan, Primitive Monkey Noose, membuktikan mereka bukan sekadar band haha-hihi. Dalam waktu dekat band ini akan merilis album kedua.
"Lagu-lagunya telah dirangkum. Tinggal finishing," ucap Richie Petroza, vokalis Primitive Monkey Noose, kepada bakabar.com, Minggu (16/7/2023).
Baca Juga: Tuah Tanah Borneo, Saat Primitive Monkey Noose Menggunakan Lebih Banyak Energi dan Pikiran
Sejak merilis album pertama bertajuk Anthem of South Borneo pada 2021 lalu, band ini memang tampak langsung ngegas untuk mengerjakan album kedua dengan konsep dan ide yang lebih matang.
Richie Petroza masih menjadi mesin utama band. Keputusannya mengajak Wan Arif (panting) dan Oveck (gitar) menjadi salah satu kunci keberhasilan Primitive Monkey Noose dalam menghasilkan karya yang tak sekadar layak didengarkan, tetapi juga autentik. Tentu saja tanpa mengabaikan sejumlah personel lainnya seperti Ridho (gitar 2), Deni (bass), Juli (drumm) yang masing-masing memiliki karakter permainan yang kuat.
Jika pada karya perdananya mereka masih mengusung konsep mini album, tak lama lagi band ini akan merilis full album dengan total tujuh lagu.
Sejak awal Primitive Monkey Noose sangat memperhatikan soal art work album. Pada album pertama misalnya, band ini memilih sampul bergambar bekantan sambil memegang panting yang sangat ikonik dan filosofis.
"Untuk art work album kedua kami bekerja sama dengan ilustrator asal Banjarmasin," katanya.
Baca Juga: Ketika Primitive Monkey Noose Mengguncang Panggung Dangdut di Pagatan, Kada Kawa Ae!
Kabar baik lainnya, Primitive Monkey Noose akan merilis double album yang berisi mini lbum pertama "Anthem of South Borneo" dan album kedua mereka dalam bentuk compact disk (CD).
"Sebelumnya album pertama hanya dirilis dalam bentuk digital. Nanti kami juga akan merilisnya dalam bentuk CD. Berbarengan dengan album kedua," katanya.