PSSI Bantah Ada Miskomunikasi Dengan Polri

PSSI Tegaskan Tak Ada Miskomunikasi Dengan Polri Terkait Insiden Kanjuruhan

PSSI melalui Waketum, Iwan Budianto menegaskan tidak ada miskomunikasi dengan kepolisian terkait pengamanan pertandingan pasca terjadinya Tragedi Kanjuruhan.

Featured-Image
Waketum PSSI Iwan Budianto tegaskan tak ada miskomunikasi dengan Polri (apahabar.com/ Farhan)

bakabar.com, JAKARTA – Iwan Budianto selaku Wakil Ketua Umum PSSI membantah adanya miskomunikasi antara kepolisian terkait pengamanan pertandingan usai terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Hal tersebut disampaikan saat ia menghadiri rapat koordinasi dengan Kemenpora pada Kamis (6/10) Siang, di Wisma Kemenpora, Jakarta.

Wakil Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto yang didampingi oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Yunus Nusi secara tegas membantah adanya miskomunikasi dengan Kepolisian terkait kasus Kanjuruhan.

“Enggak, Saya enggak menganggap itu miskomunikasi. Ini musibah. Kita sedang melakukan evaluasi sekarang, hari ini juga kita melakukan evaluasi,” ungkap Iwan.

Acara yang dilaksanakan di Wisma Kemenpora itu membahas terkait tentang aturan dan penyelerasan terkait pelaksanaan pertandingan sepakbola nasional.

Acara tersebut juga turut mengundang beberapa stakeholder terkait seperti PSSI, Polri, Kementerian terkait, hingga perwakilan suporter. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kasus serupa di masa yang akan datang.

Dalam Tragedi yang menewaskan 131 orang itu tak sedikit yang meyakini, bahwa Tragedi Kanjuruhan yang menelan banyak korban itu salah satu penyebabnya terjadi karena apparat keamanan menggunakan gas air mata dalam mengatasi kericuhan.

Padahalnya, dalam peraturan FIFA yang tertuang di FIFA Stadium Safety and Security Regulations, sudah sangat jelas bahwa penggunaan gas air mata dilarang untuk mengurai kericuhan yang terjadi di dalam stadion.

Peraturan tersebut tertuang pada pasal 19 b yang tertulis, ‘No firearms or “crowd control gas” shall be carried or used’ yang diartikan ‘senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan.

Lantas kenapa baru sekarang ini sosialisasi terkait pengamanan pertandingan dilakukan setelah terjadinya kejadian Tragedi Kanjuruhan yang sudah menelan banyak korban itu.

Menanggapi hal tersebut, Waketum PSSI, Iwan Budianto pun memberikan penjelasannya seusai acara rapat koordinasi dengan Kemenpora itu.

“Apa yang diatur oleh FIFA itu kan susah kita laksanakan 100 persen di sini. Seperti contoh paling simple saja, stadion. Di Eropa itu semua klub itu mempunyai stadionnya masing-masing. Sementara di sini, klub tidak ada yang punya stadion sendiri, klub di sini meminjam,” ungkap Iwan.

“Di sana yang Namanya aparat keamanan Panpel itu adalah steward, itu pegawainya klub tersebut yang digaji setiap bulan dan tugasnya memang untuk mengamankan sebuah pertandingan,”

“Tetapi di Indonesia karena keterbatasan kepemilikan tadi sekaligus keterbatasan untuk personelmnya, maka panitia pelaksana pertandingan di 18 klub liga di Indonesia itu meminta bantuan, meminita perkuatan dari kepolisian,” lanjut Iwan.

Iwan juga menambahkan hal tersebut yang mendasari masing-masing klub akhirnya mempunyai aturanya sendiri-sendiri dan itu menjadi hak masing-masing dari setiap klub.

“Nah, itu yang membedakan sehingga masing masing akhirnya mempunyai aturannya sendiri, dan itu menjadi hak masing-masing,” tutup Iwan.

Editor
Komentar
Banner
Banner