bakabar.com, BANJARBARU – Produksi pertanian padi di Kalimantan Selatan mengalami surplus hingga 2 juta ton sepanjang 2020. Gubernur Kalsel telah mengeluarkan edaran kepada kabupaten/kota untuk menjaga ketahanan pangan dari capaian tersebut.
“Bagaimana mensinergikan agar Bupati atau Walikota bisa menjaga kestabilan baik jumlah maupun harga yang ada di wilayah masing-masing,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kalsel, Syamsir Rahman, melalui sambungan telepon kepada bakabar.com, Senin (23/11) siang.
Selama masa pandemi, sektor pertanian masih terjaga dan membuat pertumbuhan ekonomi dapat bertahan. Namun, Syamsir menegaskan agar tidak cepat merasa puas sebab penularan virus Corona masih masif terjadi di bumi Lambung Mangkurat.
“Kita beri penghargaan kepada petani yang sudah berjuang di masa Covid-19 ini. Sekarang bagaimana kita juga menjaga agar mereka tidak terdampak atau terjangkit,” katanya
Diakui Syamsir, saat panen raya harga beras cenderung turun. Namun, tidak terjadi pada beras lokal, sebab memiliki kualitas yang bagus dan awet dalam penyimpanan lama.
“Dulunya baru panen 40 ribu/blek, sekarang sudah mencapai 80-90 ribu/blek. Kalau beras unggul harganya memang di bawah beras lokal. Ini yang harus dibantu oleh pemerintah,” paparnya
Selain sinergisitas antara pemerintah daerah dan provinsi, juga menjadi kewenangan Dinas Ketahanan Pangan untuk urusan distribusi dan harga pangan. Disebutkannya, dari 13 kabupaten/kota di Kalsel ada beberapa sentral padi unggulan yaitu di kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut dan Tapin. Sementara, 2 wilayah lainnya yaitu Banjarmasin dan Banjarbaru masih bergantung pada kabupaten sekitar.
“Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan untuk mencoba bagaimana jika harga-harga di wilayah tertentu yang turun agar bisa disuntuk atau dilakukan intervensi dengan bantuan provinsi. Sehingga harganya bisa stabil,” pungkasnya